Mohon tunggu...
Hadi Nazmudin
Hadi Nazmudin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Pahlawan Indonesia, R.A Kartini

29 November 2018   01:52 Diperbarui: 29 November 2018   02:02 4141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama dipingit itulah beliau menulis surat-surat kepada teman berkirim suratnya yang sebagian besar orang Belanda. Disitulah beliau kemudian mengenal Rosa Abendanon yang sangat mendukung perjuangan RA. Kartini untuk mendapatkan hak-hak sebagai manusia meski dia perempuan.

Semetara itu Rosa Abendanon juga sering mengirimkan buku-buku dan surat kabar dari Eropa pada RA. Kartini kecil sehingga pemikirannya menjadi lebih maju. Dalam surat kabar tersebut memberitakan wanita-wanita Eropa memiliki kedudukan yang sama untuk meraih hak-haknya sedangkan di Indonesia wanita berada pada strata sosial yang amat rendah.

Akhir Pingitan dan Awal dari Cita-cita RA. Kartini      

Pada saat RA. Kartini berusia 20 tahun beliau sudah menyelesaikan buku-buku seperti De Stille Kraacht milik Louis Coperus, Max Havelaar dan juga Surat-Surat Cinta yang ditulis Multatuli dan Van Eeden, Roman-feminis dari Goekoop de-Jong Van Beek dan Die Waffen Nieder mengenai Roman anti-perang oleh Berta Von Suttner. Buku-buku bertulisan belanda tersebut membuat beliau makin terbuka pikirannya dan semakin maju.

Kemudian pada tanggal 12 November 1903 pingitan berakhir dan beliau harus menikah dengan bupati Rembang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat atas pilihan orang tuanya. Saat itu RA. Kartini berstatus istri kedua bupati Rembang tersebut. Meski begitu suaminya sangat mendukung cita-cita beliau dan bahkan memperbolehkan RA. Kartini membangun sekolah khusus wanita.

Akhir Hayat dan Perjuangan yang Diteruskan


Selama pernikahannya, RA. Kartini dikaruniai satu putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat. RA. Kartini kemudian menghembuskan nafas terakhirnya empat hari setelah melahirkan. Beliau wafat pada usia 25 tahun.

Perjuangan RA. Kartini tidak terhenti bahkan setelah beliau wafat. Perjuangan tersebut diteruskan oleh sahabatnya Rosa Abendanon yang membukukan surat-surat keduanya menjadi sebuah buku.Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang artinya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Habis Gelap Terbitlah Terang

Buku Door Duisternis tot Licht buah pikiran RA. Kartini tersebut diterbitkan pada tahun 1911 dan disebarluaskan di eropa dan kemudian di Indonesia dalam bahasa Belanda. Pada tahun 1922 buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Melayu oleh Balai Pustaka. Buku terjemahan tersebut diberi judul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran".

Selanjutnya pada tahun 1938, sastrawan Armijn Pane menerbitkan terjemahan dalam judul "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang berisi lima bab cara berpikir RA. Kartini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun