Tiga hari sebelumnya, Sancho juga mencetak gol perdana di Liga Champions yang menjadi gol perdananya bersama MU saat mengalahkan tuan rumah Villarreal (24/11) yang meloloskan The Red Devils ke babak 16 besar.
Bersama Carrick, Sancho seperti merasakan kehidupan baru yang membuatnya lebih percaya diri. Kehidupan yang tidak dia alami ketika MU masih dilatih Solskjaer.
Maklum, bersama Solskjaer, Sancho lebih sering dimainkan sebagai pemain pengganti di babak kedua. Dia pun belum mampu membuat gol.
Meski, itu bukan melulu kesalahan Solskjaer. Sebab, ketika Sancho diberi kesempatan bermain, dia memang belum mampu tampil sesuai profil dirinya saat bermain bersama Dortmund.
Boleh jadi dia masih beradaptasi. Meski, alasan itu rasanya kurang tepat. Sebab, adaptasi seharusnya hanya dalam tiga-lima pertandingan lalu bisa nyetel dengan tim, bukan dalam 12 pertandingan.
Selain itu, Sancho sudah mengenal gaya sepak bola Inggris dan juga bermain dengan beberapa rekannya di Timnas Inggris seperti Rashford, Luke Shaw, ataupun Maguire.
Penyebabnya nungkin lebih kepada faktor percaya diri. Ketika dia justru bisa 'meledak' bersama Carrick, boleh jadi Sancho memang sudah menemukan orang yang tepat untuk mengembalikan rasa pedenya.
Sebelumnya, Carrick juga memainkan Donny van de Beek sebagai starter saat melawan Villarreal. Gelandang asal Belanda ini juga dimankan beberapa menit saat melawan Chelsea.
Keputusan memberikan minute play lebih kepada van de Beek juga menjadi 'terobosan' bagi Carrick. Di era Solskjaer, mantan peman Ajax Amsterdam ini sangat jarang dimainkan.
Hasil imbang di Stamford Brigde belum membuat MU beranjak dari peringkat 8. Dari 13 pertandingan, MU mengumpulkan 18 poin. Hasil dari lima kemenangan dan tiga kali imbang.
Masih ada 25 pertandingan untuk terus merangsek naik ke atas. Meski mungkin, Chelsea (30 poin), Manchester City (29 poin), dan Liverpool (28 poin) yang berada di posisi big three, mungkin sulit dikejar.