"Selamat ya bukunya sudah selesai cetak. Semoga banyak peminatnya. Boleh dong minta satu buku dikirim ke rumah. Jangan lupa tanda tangan penulisnya ya".
Ucapan seperti itu jamak diterima oleh mereka yang menulis buku. Walau kalimatnya berbeda, tetapi esensinya sama saja.
Ketika buku yang susah payah mereka tulis, diatur tata letaknya, diurus ISBN-nya, selesai dicetak, lantas dipromosikan, permintaan berjenis seperti itu kerap kali mereka terima.
Saya pun dulu pernah merasakan situasi seperti itu, ketika beberapa kali buku yang saya cetak di penerbit indie selesai dicetak dan siap dipasarkan.Â
Ada beberapa kawan yang memberi ucapan selamat sembari memotivasi, mendoakan bukunya dibaca banyak orang. Ada juga yang menyampaikan selamat tapi ada embel-embelnya. Meminta buku gratisan tanpa beli.
Repotnya lagi, sudah minta gratisan terkadang dibumbui dengan kalimat yang tidak mengenakkan didengar.
"Masa sama teman sendiri, cuma satu buku saja nggak mau ngasih".
Nah, apakah sampeyan (Anda) juga pernah mengalami situasi serupa?
Mungkin bukan buku. Tapi semisal kalian mulai membuka usaha kuliner seperti kue atau camilan, lalu ada teman-teman yang meminta tester gratisan.
Namanya tester memang gratisan. Tapi kalau yang minta testernya ratusan orang ya repot. Bisa-bisa usahanya langsung gulung tikar karena nggak ada modal untuk membuat produk lagi.