Di game kedua, situasi tidak jauh berbeda. Tahu harus menang untuk memperpanjang nafas ke rubber game, ganda Korea bermain lebih menyerang.
Merela beberapa kali unggul di interval pertama. Ungul 6-5, hingga 9-6 dan menutup interval pertama dengan unggul 11-10. Tapi, saat skor sama 11-11, ganda Korea mulai goyah.
Apriyani dan Greysia dengan jeli mengajak Lee Soh Hee yang main di belakang untuk terus berlari ke kanan ke kiri dengan mengarahkan shuttlecock ke pojok lapangan. Bahkan, saat skor 14-13, Lee sempat terguling di lapangan.
Ketika skor sama 16-16, di situlah awal mula aroma final tercium oleh Greysia/Apriyani. Mereka lantas mendapatkan empat poin beruntun dan unggul 10-16.
Dan, saat skor 20-17, sebuah pengembalian Sin Seung Cang yang tidak sempurna di bawah net, mengakhiri pertandingan di angka 21-17. Greysia/Apriani ke final.
Bertemu ganda putri China di final
Apa yang menjadi kunci sukses lolosnya Greysia/Apri ke final?
Selain kesabaran, ketenangan, dan daya juang yang tak terus bertambah, komunikasi di antara mereka sepanjang pertandingan juga sangat cair.
Kita yang menyaksikan pertandingan itu dari layar televisi, beberapa kali bisa melihat Greysia dan Apriani saling menguatkan ketika mereka melakukan kesalahan ataupun kala tertinggal.
Greysia (33 tahun) yang lebih senior juga beberapa kali mengingatkan Apriyani (23 tahun) untuk tetap kalem ketika sedang unggul. Vibes positif itulah yang membuat mereka akhirnya bisa lolos ke final Olimpiade.
Di pertandingan final nanti, Greysia/Apriyani akan menghadapi ganda China, Chen Qingchen/Jia Yifan.