Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan, Keajaiban Sedekah, dan Mudahnya Berinfak Lewat Online

14 April 2021   15:05 Diperbarui: 14 April 2021   15:19 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandemi tidak menjadi halangan bagi kita untuk berinfak. Sebab, kita kini bisa berinfak melalui online. Caranya mudah juga transparan. Hayuuk berinfak/Foto pribadi

ADA banyak hikmah berpuasa di bulan Ramadan yang bisa kita rasakan. Dari manfaat kesehatan fisik hingga kesehatan mental.

Bila mengutip lirik lagu terkenal Bimbo, "Ada Anak Bertanya Pada Bapaknya", rasa lapar akan mengajari kita menjadi pribadi yang rendah hati. Pribadi yang iso rumongso (bisa merasa). Bukan iso rumongso (merasa bisa).

Ya, dengan merasakan lapar karena berpuasa, kita diajari untuk ikut merasakan betapa tidak enaknya lapar. Kita jadi tahu 'problem harian' yang dirasakan orang miskin di sekliling kita.

Dari ikut merasa, kita tergerak untuk mau berbagi. Di antara cara berbagi adalah dengan bersedekah. Berinfak.

Ada banyak anjuran di Alquran dan Hadist agar kita rajin bersedekah dan juga manfaatnya. Apalagi, di bulan Ramadan ini. Ini ibarat masa-masa 'prime time' untuk berinfak ini.

Keajaiban Sedekah

Terkait sedekah ini, saya cukup sering mendengar dan membaca cerita pengalaman nyata dari beberapa orang tentang keajaiban sedekah. Bahwa, setelah bersedekah, mereka mendapatkan situasi bahagia yang tidak terduga.

Kita mungkin juga pernah merasakan keajaiban sedekah. Meski mungkin tidak sadar bila 'keajaiban' itu datang karena perantara sedekah. 

Sekadar bercerita, tahun lalu, saya sempat merasakan dampak pandemi Covid-19. Sebagai pekerja non kantoran, gaji menulis bulanan sempat seret. Telat dibayar.

Sementara kewajiban bayar sekolah anak, beli token listrik, beli air minera, dan kebutuhan sehari-hari, tidak boleh telat.

Tetapi memang, pandemi mengajari kita satu pelajaran penting. Kita jadi belajar untuk tidak hanya mensyukuri apa yang kita dapat. Tapi juga mensyukuri apa yang kita punya.

Nah, bentuk syukur tersebut bisa diwujudkan dengan banyak cara. Bisa dengan berbuat baik pada orang tua, berbagi, tetap bersedekah, dan rajin beribadah.

Suatu ketika, saya didapuk menjadi narasumber talkshow bertema "creative writing" oleh sebuah instansi via Instagram live. Tugas dijalankan. Saya gembira karena beberapa alasan.

Siapa sangka, 'penampilan' saya di acara tersebut ternyata menjadi perantara datangnya 'keajaiban'. Keesokan harinya, saya mendadak ditawari kerja dengan fee yang lebih besar dari kerja menulis bulanan.

Rezeki yang datang tanpa disangka itu mengubah situasi pelik yang saya rasakan selama masa pandemi. Dan memang, mudah saja bagi Yang Maha Mengatur Hidup untuk membalik hidup kita. Dari susah menjadi sebaliknya.

Mengenal Infak.In, Cara Mudah Berinfak Secara Online

Saya merasa tergugah untuk membagikan kisah ini demi menyebarkan semangat untuk bersedekah. Untuk membangun kebiasaan berinfak di bulan Ramadan ini.

Utamanya setelah di awal Ramadan kemarin, saya mengikuti acara zoom meeting launching Infak.In. Dengan bergabung di acara ini, saya berkesempatan mendengar testimoni dan pengalaman dari beberapa narasumber keren.

Ada tiga narasumber. Yakni Agung Wijayanto (Presdir LMI), Hamas Syahid (penghafal Alquran dan aktor), Ustadz Nashiruddin (Dewan Pengawas Syariah perihal infak, manfaatan dan juga caranya yang menyesuaikan zaman.

Ya, berinfak kini menyesuaikan kemajuan zaman. Untuk berinfak, kita tidak harus ke luar rumah. Sebab, kita kini bisa berinfak lewat platform digital.

Dari acara itu, saya dikenalkan dengan Infak.In, platform yang memberikan kemudahan bagi kita untuk berinfak secara online.

Mudah karena kita tinggal masuk ke alamat web. Tidak perlu menginstal aplikasi. Bila sudah membuka web, kita hanya perlu mengisi data diri secara singkat dan jelas serta besaran rupiah yang hendak diinfakkan.

Selain itu, koneksi pembayarannya mudah, ada dashboard update transaksi. Setealh berinfak, kita akan mendapatkan notifikasi yang dikirim via WhatsApp. 

Tidak hanya mudah, Infak.In ini juga transparan karena dikelola oleh Laznas LMI yang terpercaya karena sudah 25 tahun mengurus dan menyalurkan infak.

Menariknya lagi, tidak ada batasan minimal berapa rupiah yang akan diinfakkan. Kita bisa berdonasi mulai rupiah berapapun. Bisa seratus. Seribu. Berapapun bisa.

Saya percaya, ada banyak orang baik yang ingin berinfak demi membantu sesama. Namun, selama ini, niatan itu terkadang terhalang. Sebab, bila berinfak, ada batasan nominal sekian. Sehingga, niat ikut berinfak pun gagal.

Saya tertarik dengan penjelasan Agung Wijayanto yang menyampaikan bahwa Infak.In akan menjadi sarana bagi generasi milenial untuk mengambil peran lebih dalam berkontribusi kepada bangsa ini. Meski dengan seribu, 10 ribu, atau 25 ribu.

"Ini akan jadi sarana bagi teman-teman muda. Bahwa kalau mau berkontribusi untuk negeri, tidak harus dengan besaran yang menguras kantong. Namanya infakin ya infakin saja. Bisa 10 ribu dan seterusnya. Kalau mau infak ya infak saja. Jangan yang rumit," ujarnya.

Bukan hanya kalangan muda, kita yang lebih senior, juga tidak kesulitan menggunakan platform donasi online ini. Saya yang kini berusia 40 tahun, juga sudah mencobanya. Dan memang mudah.

Pada akhirnya, pandemi bukanlah halangan untuk berinfak. Sebab, dengan adanya platform online seperti Infak.In ini, kita bisa berinfak dari rumah dengan cara yang mudah dan transparan.

Hayuuk, mumpung Ramadan, kita mulai membiasakan berinfak. Terutama di waktu pagi. Sebab, dengan berbagi di awal hari, kita bisa optismistis untuk terus berbuat baik sepanjang hari. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun