Bukankah dulu ada getar semangat luar biasa untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Samawa. Bukankah dulu ada tekad besar untuk membahagiakan pasangan. Bahwa, berdua siap menjalani situasi apapun.
Ibarat berdua menaiki kapal di lautan, bilapun tengah menghadapi ombak besar, kita berupaya untuk memastikan bahwa kapal tetap berlayar. Tidak tenggelam karena ombak.
Nah, dengan mengingat momen itu, kita akan bisa mendapatkan energi baru. Bilapun situasi kini mungkin sedang sulit imbas pandemi, tetapi selama punya tekad kuat dan kesamaan pemikiran untuk bersama menjalaninya, "kapal" itu tidak akan tenggelam.
Kedua, dengan hadir di acara akad nikah, kita akan mendapatkan pencerahan. Ada pesan-pesan pernikahan yang disampaikan oleh ustadz ataupun sosok yang dipilih untuk memberikan nasihat.
Nasihat dan pesan ini tidak hanya diperuntukkan bagi pasangan yang sedang menikah. Kita yang hadir di acara akad nikah juga bisa mendapatkan kemanfaatan.
Nasihat pernikahan itu sangat bagus bagi kita untuk melakukan kontemplasi maupun evaluasi perihal pernikahan yang telah kita jalani selama bertahun-tahun. Bila ternyata ada yang kurang benar, dengan mendengarkan nasihat itu, kita bisa membenarkannya.
Dari sekian banyak nasihat yang saya dengar, ada satu hal yang paling saya ingat. Yakni, "laki-laki (suami) itu 'kalahnya' di mata, sementara perempuan (istri) itu kalahnya di telinga'.
Maksudnya, laki-laki itu paling mudah terbawa emosi dari apa yang dia lihat. Semisal ketika pulang kerja, ternyata melihat rumah dalam kondisi berantakan. Atau melihat meja makan kosong sementara istri sedang asyik melihat televisi.
Dari melihat seperti itu membuat para suami mudah marah. Lantas mengucapkan ucapan yang kurang pantas. Semisal istri dianggap tidak becus mengurus rumah.
Sementara sang istri demi mendengar ucapan itu, langsung ngambek. Marah. Maka, "perang" di rumah pun terjadi hanya gara-gara masalah receh.
Nah, dari mendengar nasihat itu, kita bisa belajar. Para suami belajar untuk mengendalikan omongan karena khawatir akan menyakiti istrinya. Sebaliknya, para istri berusaha menjaga penglihatan suaminya agar adem di rumah.