Apalagi, tiga hari jelang restart Serie A, Juve kalah di final Coppa Italia. Mereka kalah adu penalti 2-4 dari Napoli. Media-media di Italia juga memberitakan terjadi friksi di kubu Juve. Mantan presiden klub Juve, bahkan menyindir Juve nya Maurizio Sarri mengecewakan.
Artinya, ada harapan, Lazio yang mampu mengalahkan Juve pada pertemuan di bulan Desember, akan bisa bersaing di jalur juara. Terlebih, Lazio tidak pernah lagi kalah dalam 21 laga, menang 17 kali dan imbang 4 kali.
Namun, yang terjadi, harapan tinggal harapan. Lazio yang dijagokan bisa bersaing di jalur juara, ternyata malah melempem di laga awal restart. Lazio kalah 2-3 dari tuan rumah Atalanta pada 25 Juni lalu.
Dan, pada akhir pekan kemarin, Lazio yang bermain di kandang sendiri, dipermalukan AC Milan 3-0. Dalam empat laga setelah Serie A restart, Lazio kalah dua kali dan menang dua kali.
Nasib serupa juga dialami Inter Milan yang sejatinya masih punya peluang. Sejak laga restart, dari empat kali main, Inter meraih tiga kemenangan dan sekali imbang. Bahkan, pada 2 Juli lalu, Inter Milan menang 6-0 atas Brescia.
Namun, Minggu (5/7) tadi malam, Inter justru kalah di kandang sendiri. Siapa menyangka, Inter yang sedang ganas, malah dipermalukan Bologna 1-2 di kandangnya sendiri.
Bagaimana dengan Juventus?
Mereka terus menang. Empat laga dilewati dengan kemenangan. Terbaru, Juventus meraih kemenangan 4-1 atas tim sekota, Torino pada Sabtu (4/7) malam kemarin.
Karenanya, kombinasi kemenangan beruntun Juve, juga "kado" dari Milan saat mengalahkan Lazio dan tumbangnya Inter Milan, membuat peta persaingan juara di Liga Italia menjadi mudah ditebak.
Ya, hanya dalam empat laga, seiring penampilan loyo Lazio dan juga kekalahan Inter, harapan "asal bukan Juve yang juara" itupun seolah kandas. Berganti tagline "semua akan Juve pada waktunya".
Sebab, Juventus kini memimpin klasemen dengan 75 poin. Mereka unggul 7 poin dari Lazio (68 poin) dan 11 poin dari Inter (64 poin) dengan liga menyisakan 8 laga.