Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Sempat Dikejutkan Vietnam, Tim Putri Bulu Tangkis Indonesia Akhirnya ke Semifinal

1 Desember 2019   16:10 Diperbarui: 1 Desember 2019   16:17 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tunggal putri Indonesia, Ruselli Hartawan, menjadi penentu kemenangan tim putri Indonesia, 3-1 atas Vietnam di perempat final bulu tangkis SEA Games 2019, Minggu (1/12)/Foto: badmintonindonesia.org


Butuh waktu 12 tahun untuk tahu kapan kali terakhir tim putri bulu tangkis Indonesia bisa meraih medali emas di SEA Games. Momen itu terjadi di Thailand pada SEA Games 2007. Kala itu, tim putri bulu tangkis Indonesia menang 3-2 atas Singapura di final.

Di SEA Games 2007 yang digelar di Thailand itu, tim bulu tangkis Indonesia bahkan sukses mengawinkan gelar. Sebab, tim putra juga jadi juara usai mengandaskan Singapura, 3-0 di final.

Itulah kali terakhir tim putri bulu tangkis Indonesia bisa meraih medali emas. Padahal, sebelumnya, tim putri selalu berjaya dari SEA Games edisi tahun 1977 hingga 2001. Sementara tim putra masih rutin meraih medali emas hingga SEA Games dua tahun lalu.

Nah, di empat edisi SEA Games terakhir, penguasa bulu tangkis putri berpindah ke Thailand. Malaysia memang sempat juara di edisi 2009. Namun, sejak SEA Games 2011, 2015 dan 2017, Thailand selalu juara. Untuk tahun 2013, SEA Games tidak mempertandingkan nomor beregu.

Di SEA Games tahun 2017 lalu, tim putri Indonesia yang mendapat bye dan langsung tampil di semifinal, malah gagal ke final. Di semifinal, tim Indonesia kalah telak 0-3 dari tuan rumah Malaysia.

Bagaimana dengan SEA Games tahun ini?

PBSI sebagai induk olahraga bulu tangkis Indonesia, rupanya sudah gerah dengan serangkaian kegagalan tim putri meraih medali emas di empat SEA Games edisi terakhir. PBSI tidak sabar ingin mengakhiri dominasi tim putri Thailand.

Semangat untuk merebut medali emas itu terlihat dari siapa saja pemain putri yang dikirimkan ke SEA Games Filipina. Di sektor tunggal, PBSI mengirimkan tiga tunggal terbaik Indonesia saat ini. Yakni Gregoria Mariska, Fitriani, dan Ruselli Hartawan. Kemudian untuk sektor ganda, ada nama Greysia Polii, Ni Ketut Dewi Istarani, Apriani Rahayu, Siti Fadia Silva, Ribka Sugiarto, juga Melati Daeva dan Pitha Haningtyas Mentari.

Nah, Minggu (1/12) mulai pukul 09.00 pagi tadi waktu Filipina, tim putri bulu tangkis Indonesia mengawali penampilan di SEA Games 2019 dengan hasil menggembirakan. Menghadapi tim putri Vietnam di Muntinlupa Sports Complex pada babak perempat final, tim bulu tangkis putri Indonesia menang dengan skor akumulatif 3-1.

Sebuah kemenangan yang meski menggembirakan, tetapi ada banyak pelajaran yang didapat para punggawa tim putri bulu tangkis Indonesia. Utamanya perihal lawan yang tidak bisa diukur dengan 'kekuatan di atas kertas'. Serta, bagaimana cepat beradaptasi dengan situasi di lapangan

Vietnam yang tidak punya 'tradisi bulu tangkis', sempat mengejutkan Indonesia

Ya, penting untuk tidak memandang sebelah mata lawan di SEA Games. Contohnya Vietnam. Betapapun mereka tidak punya tradisi kuat di bulu tangkis, faktanya Vietnam sempat membuat pertandingan perempat final tadi berjalan menegangkan.

Di pertandinga pertama, Gregoria Mariska Tunjung yang diharapkan bisa menyumbang poin perdana, bisa memenuhi harapan itu. Bermain melawan pemain terbaik Vietnam, Nguyen Thuy Linh, Gregoria unggul 21-14 di game pertama.

Namun, di game kedua, Gregoria mendapatkan perlawanan ketat dari Nguyen. Pemain yang sudah memperkuat tim Vietnam sejak SEA games 2015 saat dirinya masih berusia 18 tahun ini sempat memaksa Gregoria berada dalam situasi menegangkan. Nguyen sempat mengajak Gregoria beradu setting poin sama, 20-20.

Untungnya, dalam situasi menegangkan, Gregoria tetap kalem. Pengalaman tampil rutin di turnamen BWF World Tour selama setahun ini, membuat Gregoria tetap tenang. Dia akhirnya bisa menang 22-20. Laga pun tidak dilanjutkan ke rubber game. Dan untuk sementara,
Indonesia unggul 1-0 atas Vietnam.

Di pertandingan kedua, Fitriani diharapkan bisa meneruskan start bagus yang dibuat Gregoria. Fitriani diharapkan bisa move on saat melawan Vu Thi Trang. Sebelumnya, dalam dua kali pertemuan, Fitri memang selalu kalah dari Vu.

Namun, pemain kelahiran Garut berusia 20 tahun ini ternyata belum bisa lepas dari bayang-bayang buruk kala bersua Vu. Dia kalah 14-21. Dia game kedua, Fitri berhasil menang 21-14 untuk memaksakan rubber game. Sayangnya, di game penentuan, dia kembali kalah 14-21. Vietnam pun bisa menyamakan skor menjadi 1-1.

Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Fitriani meminta maaf karena belum bisa menyumbangkan poin untuk tim Indonesia. Dia mengaku masih beradaptasi dengan kondisi lapangan yang menurutnya cukup berangin. Faktor itu yang disebutnya menjadi penyebab dirinya kalah di game pertama.

"Game pertama saya kecolongan. Game kedua saya lebih bisa mengontrol bola. Tapi di poin-poin akhir, lawan lebih yakin. Dia juga ulet dan nggak gampang mati," ungkap Fitriani dikutip dari https://badmintonindonesia.org/app/information/newsDetail.aspx?/8753.

Tentu saja, skor 1-1 membuat tensi pertandingan ketiga yang memainkan nomor ganda, menjadi lebih mendebarkan. Utamanya bagi Indonesia yang memang lebih diunggulkan.

Untungnya, pasangan Ni Ketut Mahadewi dan Apriani Rahayu yang dimainkan di laga ketiga, sudah 'kenyang pengalaman' menghadapi situasi seperti itu. Mereka menghadapi pasangan Dinh Phuong Hong/Pham Thi Khanh.

Meski relatif baru bermain bersama, Ni Ketut/Apriani dengan pengalamannya, bisa menang telak 21-8 di game pertama. Namun, di game kedua, mereka lengah di momen menentukan. Ganda Vietnam berbalik menang tipis, 22-20. Laga pun berlanjut ke game ketiga.

Nah, di game ketiga, Ni Ketut dan Apriani kembali tampil tenang. Mereka kembali unggul dengan perolehan poin telak, 21-10. Indonesia pun kembali unggul 2-1 atas Vietnam.

Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Ni Ketut menyebut komunikasi yang baik menjadi kunci kemenangan mereka di game penentu. Menurutnya, di game kedua ketika poin ketat, mereka sempat kurang komunikasi. "Jadinya kami perbaiki itu dan berhasil," ujar Ni Ketut.

Ni Ketut Mahadewi (melakukan smash) dan Apriani Rahayu, dipaksa bermain rubber game oleh ganda putri Vietnam/Foto: badmintonindonesia.org
Ni Ketut Mahadewi (melakukan smash) dan Apriani Rahayu, dipaksa bermain rubber game oleh ganda putri Vietnam/Foto: badmintonindonesia.org
Dengan unggul 2-1, tim putri Indonesia berarti hanya butuh satu kemenangan untuk memastikan lolos ke semifinal. Namun, bila Vietnam bisa menyamakan skor, maka laga tersebut akan ditentukan di pertandingan kelima.

Di pertandingan keempat, giliran Ruselli Hartawan yang bermain. Tunggal putri kelahiran Jakarta berusia 21 tahun ini menghadapi Tran Thi Phuong Thuy. Tentu saja, Ruselli diharapkan bisa memerplihatkan kualitas terbaiknya.

Yang terjadi, meski bermain di pertandingan menentukan, Ruselli ternyata bisa tampil lepas. Di game pertama, dia menang 21-15. Lalu di game kedua, Ruselli tidak membiarkan lawan berkembang. Dia tidak ingin dipaksa bermain rubber game. Dia pun mengakhiri pertandingan dengan dua game saja usai menang 21-10.  

Dalam wawancara dengan badmintonindonesia.org, Ruselli menyebut bersyukur bisa menyumbangkan poin untuk menentukan kemenangan Indonesia. Menurutnya, secara teknik permainan, lawan sebenarnya tidak terlalu menyulitkan. Namun, dia menyebut harus beradaptasi dengan masalah angin.

"Karena (anginnya) kencang banget. Tapi saya sudah pelajari, mudah-mudahan besok kalau main lagi sudah lebih siap," ujarnya dikutip dari sini.

Besok menghadapi tim putri Singapura di semifinal

Tentu saja, kemenangan atas Vietnam itu patut disyukuri. Meski tidak menang dengan skor mutlak, toh nilainya sama saja. Terpenting, tim putri Indonesia bisa memetik pelajaran dari pertandingan pertama tersebut. Harapannya, mereka bisa tampil lebih baik di semifinal.

Yang jelas, Gregoria Mariska dan kawan-kawan tidak punya masa istirahat lama. Sebab, Senin (2/12) besok, mereka sudah harus turun bermain di pertandingan semifinal. Lawannya adalah tim Singapura.

Hari ini, di pertandingan perempat final yang bersamaan dengan Indonesia melawan Vietnam, tim Singapura memperlihatkan ketangguhan mental mereka untuk tidak mau kalah.

Menghadapi tim putri tuan rumah Filipina, Singapura sempat dibuat kaget ketika tunggal putri terbaik mereka, Yeo Jia Min, di luar dugaan kalah. Yeo (20 tahun) yang rutin tampil di BWF World Tour bahkan menjadi juara di Hyderabad Open 2019, kalah rubber game dari maria Bianca Ysabel Carlos, 21-11 19-21, 14-21.

Singapura bahkan sempat tertinggal 0-2 dari Filipina. Itu setelah di pertandingan kedua, ganda mereka, Jin yujia/Nur Insyirah takluk straight game dari ganda tuan rumah, Alyssa Leonardo/Thea Marie Pomar.

Namun, Singapura kemudian mampu come back alias berbalik unggul. Mereka menyamakan skor 2-2 lewat kemenangan tunggal putri Jaslyn Hooi dan ganda putri Crystal Wong dan Shinta Mulia Sari yang merupakan pemain senior kelahiran Indonesia. Singapura akhirnya memastikan lolos ke semifinal lewat kemenangan Grace Chua Hui Zhen.

Di SEA Games 2017 lalu, Singapura dan Indonesia sama-sama terhenti di babak semifinal. Bila Indonesia dikalahkan Malaysia, Singapura takluk dari Thailand. Tahun ini, mereka berpeluang ke final. Siapa akhirnya ke final?

Merujuk pada kualitas dan jam terbang tampil di turnamen internasional, tim putri Indonesia lebih diunggulkan untuk lolos ke semifinal. Singapura hanya akan mengandalkan Yeo Jia Min. Andai Gregoria Mariska bisa menang di laga pertama, perjuangan tim putri Indonesia akan lebih mudah.  

Pertandingan semifinal lainnya akan mempertemukan tim Thailand melawan tim putri Malaysia. Ini merupakan ulangan final SEA Games 2017. Kala itu, Thailand jadi juara setelah menang 3-1.

Ah, semoga besok Timnas putri Indonesia kembali tampil tenang tapi mematikan. Semoga, harapan untuk kembali menyaksikan tim putri bulu tangkis Indonesia tampil di final setelah kali terakhir tahun 2007 silam, bisa kesampaian. Tentu saja bukan hanya harapan ke final. Tapi juga membawa pulang medali emas. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun