Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Politikus Gagal Itu Membawa Ukraina Lolos ke Piala Eropa 2020

18 November 2019   07:55 Diperbarui: 19 November 2019   11:24 2420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan penyerang AC Milan yang sempat terjun ke dunia politik, Andriy Shevchenko, membawa negaranya, Ukraina, lolos ke putaran final Piala Eropa 2020. Hebatnya, Ukraina tidak terkalahkan selama kualifikasi dan mengungguli Portugal/Foto: Getty Images/UEFA.com

Akhir pekan kemarin, beberapa negara Eropa memastikan lolos ke Piala Eropa 2020 (EURO 2020). Mereka akhirnya meraih happy ending setelah melakoni jalan panjang kualifikasi yang digelar sejak awal tahun 2019.

Dari sekian negara yang sudah 'memegang tiket' lolos ke EURO 2020, Ukraina menjadi salah satu negara yang membuat kejutan hebat. Bukan karena mereka lolos untuk kali pertama. 

EURO 2020 nanti akan menjadi partisipasi ketiga beruntun bagi Ukraina sejak tampil sebagai negara sendiri mulai edisi 1996 usai lepas dari Uni Soviet dan Commonwealth of Independent States.

Kejutan Ukraina adalah penampilan super hebat mereka selama kualifikasi. Tergabung di Grup B bersama juara Piala Eropa 2016, Portugal, awalnya Ukraina diprediksi hanya akan lolos sebagai runner-up. Atau malah berburu 'tiket lolos' dari peringkat tiga terbaik. 

Yang terjadi, Ukraina ternyata lolos sebagai juara Grup B. Dari 8 pertandingan yang dijalani, Ukraina tidak pernah kalah. Mereka mencatat enam (6) kemenangan dan 2 kali imbang. Dari enam kemenangan itu, salah satunya diraih atas Portugal, 2-1 di Kyiv pada 15 Oktober lalu.

Ukraina menutup kualifikasi dengan status unbeatable alias tak terkalahkan setelah menahan tuan rumah Serbia 2-2 di laga terakhir kualifikasi, Minggu (17/11) malam waktu Eropa atau Senin (18/11) dini hari tadi waktu Indonesia.

Sukses Ukraina berkat polesan pelatih Andriy Shevchenko yang sempat gagal jadi politisi

Penampilan hebat Ukraina di fase kualifikasi hingga akhirnya lolos ke EURO 2020, tidak lepas dari sosok sang pelatih, Andriy Shevchenko. Mantan penyerang top yang lantas mundur dari sepak bola demi 'banting stir' di dunia politik ini memang sosok yang tepat untuk memimpin timnas negaranya.

Penggemar sepak bola yang besar dengan menyaksikan Liga Champions era pertengahan 90-an serta Liga Italia di akhir era 90-an dan awal 2000-an, pastinya tidak asing dengan Shevchenko. Sheva - begitu dulu dia dipanggil, pernah menjadi penyerang paling top di Eropa.

Namanya dikenal publik ketika tampil hebat bersama tim Ukraina, Dynamo Kyiv, dengan pelatih legendaris, Valeriy Lobanovsky yang meninggal pada 2002 silam. Mereka pernah nyaris lolos ke final Liga Champions edisi 1999 sebelum kalah dramatis dari Bayern Munchen.

Nama Sheve semakin meroket ketika membela AC Milan (1999-2006). Dia menjadi penentu saat Milan meraih trofi Liga Champions 2003 usai mengalahkan Juventus lewat adu penalti. Dia lantas meraih penghargaan pemain terbaik, Ballon d'Or 2004.

Nah, yang tidak banyak orang tahu, selain menjadi pesepak bola, Sheva juga aktif di dunia politik. Sejak tahun 1990-an, dia bersama beberapa pemain Dynamo Kyiv, secara terbuka menyatakan dukungan untuk Partai Social Demokrat Ukraina. 

Lantas, ketika Pemilihan Presiden Ukraina 2004 Shevchenko mengumumkan dirinya mendukung Viktor Yanukovych.

Lalu, ketika pensiun pada 28 Juli 2012, Sheva mengumumkan dirinya mundur dari sepak bola untuk terjun ke 'lapangan' politik praktis. Padahal, dia sempat berstatemen ke media bahwa setelah karier bermainnya, dirinya ingin menjadi pelatih.

"Ini (sepak bola) adalah dunia yang saya mengerti, dunia yang ingin saya tinggali," ujarnya kepada wartawan.

Sheva lantas bergabung dengan Partai Ukraine-Forward! (wujud baru Partai Sosial Demokrat Ukraina). Dia berniat ikut dalam pemilihan parlemen. 

Sayangnya, dalam pemilihan legislatif (parlemen) Ukraina pada Oktober 2012, partainya gagal mengirimkan perwakilan ke parlemen setelah hanya meraih 1,58 persen suara.

Momen itu dimanfaatkan Asosiasi Sepak Bola Ukraina (UAF) untuk mendekati Sheva. Pada November 2012, UAF mengirimkan proposal untuk menawari Sheva sebagai pelatih timnas Ukraina. UAF mengidamkan Sheva bisa memimpin timnas sepak bola negaranya.

Pastinya bakal terdengar keren bila Sheva, sang top skor sepanjang masa Timnas Ukraina, bisa menjadi pelatih Ukraina. Namun, proposal itu ternyata ditolak oleh Sheva. Dia rupanya masih ingin 'berdamai dengan hatinya' usai gagal di panggung politik.

UAF rupanya belum menyerah untuk membujuknya. Berselang empat tahun kemudian, UAF akhirnya berhasil mendapatkan hati Sheva. Mantan penyerang yang dulunya dijuluki "Peluru Ukraina" ini akhirnya bergabung dengan Timnas Ukraina.

Gagal di dunia politik rupanya membuat Sheva 'menjilat ludahnya sendiri'. Dia akhirnya kembali ke dunia yang membesarkan namanya. Ya, dia kembali ke lapangan sepak bola. Pada 16 Februari 2016, Sheva dipercaya menjadi asisten pelatih Timnas Ukraina. Dia mendampingi pelatih sarat pengalaman, Mykhaylo Formenko.

Cerita berikutnya, Shevchenko rupanya memang ditakdirkan untuk memberikan potensi terbaik dirinya bagi negaranya lewat sepak bola. Bukan di jalur politik.

Di bawah pelatih Mykhaylo Formenko, Timnas Ukraina tampil amburadul di EURO 2016 di Prancis. Ukraina menjadi tim pertama yang tersingkir usai kalah beruntun dalam tiga pertandingan fase grup. Kegagalan itu membuat Federasi Sepak Bola Ukraina memutus kontrak Formenko yang sejatinya berdurasu empat tahun.

Ajak mantan bek AC Milan jadi staf pelatih, Sheva sempat gagal di awal melatih Ukraina

Lantas, pada 15 Juli 2016, Shevchenko yang kala itu berusia 39 tahun, ditunjuk sebagai pelatih kepala Timnas Ukraina. Targetnya jelas. Dia diharapkan membawa Ukraina lolos ke Piala Dunia 2018 di Rusia. Juga Piala Eropa 2020.

Menariknya, Sheva lantas mengajak beberapa temannya yang orang Italia untuk mendampinginya. Dia mengajak mantan asisten pelatihnya di Milan yang juga mantan bek Milan di era dream team, Mauro Tassotti untuk menjadi asisten kepala. Termasuk mantan pelatih tim akademi Milan, Andrea Maldera, juga diajak serta.

Dengan mengajak Tassotti, Sheva rupanya ingin membawa seni bertahan rapat ala Italia ke Timnas Ukraina. Sementara dengan mengajak Maldera, dia ingin bibit-bibit muda di Ukraina, bisa dipantau lebih maksimal demi kejayaan Timnas Ukraina.

Tetapi memang, sukses itu butuh waktu. Shevchenko pun begitu. Meski dengan segala nama besar, kharisma, kebintangan, dan pengalaman panjangnya, tetapi Sheva tidak bisa menghadirkan sukses instan di Timnas Ukraina.

Dia gagal membawa Ukraina lolos ke Piala Dunia 2018. Berada di Grup I yang berisikan enam negara (Islandia, Kroasia, Turki, Finlandia, dan Kosovo), Ukraina hanya mampu berada di peringkat tiga dalam kualifikasi Piala Dunia 2018. Mereka kalah bersaing dengan Islandia dan Kroasia yang berhasil lolos.

Ukraina bahkan gagal lolos ke fase play off untuk kali pertama. Sebelumnya, mereka memang acapkali jadi langganan tampil di fase play-off untuk berebut harapan terakhir lolos ke turnamen besar.

Toh, kegagalan lolos ke Piala Dunia 2018 itu tidak membuat Asosiasi Sepak Bola Ukraina panik. Mereka tidak latah menyalahkan bahkan memecat pelatih atas kegagalan tersebut. Bukankah kelatahan seperti itu yang sering terjadi di tim nasional negara di belahan dunia mana saja.

UAF percaya, Sheva memang masih butuh waktu untuk berproses memoles Ukraina. Apalagi, penampilan Timnas Ukraina selama kualifikasi Piala Dunia 2018 juga tidak terlalu buruk. Dalam 10 pertandingan, Ukraina meraih 5 kemenangan dan 2 kali imbang. Mereka hanya berselisih 3 poin dari Kroasia yang menjadi runner-up Grup I.

Belajar dari kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia, tak terkalahkan di Kualifikasi EURO 2020

Kegagalan itu juga membuat Shevchenko bersama staf pelatihnya bisa banyak belajar. Bahwa Ukraina masih punya pekerjaan rumah dalam membenahi pertahanan. 

Mereka kemasukan 9 gol dan mencetak 13 gol dalam 10 laga kualifikasi. PR yang harus dibenahi bila ingin mengejar mimpi lolos ke Piala Eropa 2020.

Setahun kemudian, ketika babak Kualifikasi Piala Eropa 2020 dimulai, Ukraina benar-benar sudah siap. Ukraina tergabung di Grup B bersama Portugal, Serbia, Luksemburg dan Lithuania. Pesaing utama Ukraina untuk berebut dua tiket lolos, jelas Portugal dan Serbia.

Di pertandingan pertama kualifikasi pada 23 Maret, Shevchenko merasakan hasil manis mengajak Mauro Tassotti bergabung. Mereka mampu membenahi lini pertahanan. 

Ukraina tampil kokoh bak Timnas Italia saat menghadapi tuan rumah Portugal di Lisbon. Portugal dengan mesin golnya, Cristian Ronaldo, dibuat mati kutu. Laga berakhir 0-0.

Tiga hari kemudian, Ukraina menang 1-2 di markas Luksemburg. Lalu pada kualifikasi di bulan Juni, Ukraina menang dobel, 5-0 atas Serbia dan 1-0 atas Luksemburg di Lviv. 

Kemudian menang beruntun atas Lithuania, 0-3 (7/9) dan 2-0 (12/10). Plus, mengalahkan Portugal 2-1 (15/10) untuk memastikan lolos ke putaran final Piala Eropa 2020.

Dan, dini hari tadi di Berlgrade, Ukraina menjaga rekor tak terkalahkan setelah menuntaskan kualifikasi dengan menahan imbang tuan rumah Serbia, 2-2. Yang luar biasa, Ukraina bisa come back dua kali. Bahkan, menyamakan skor di menit ke-93!

"Saya benar-benar bahagia. Tahun ini berjalan sangat baik bagi kami. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kami, kami tidak terkalahkan di kualifikasi," ujar Shevchenko dikutip dari UEFA.com.

Kini, Sheva dan timnya, tinggal menunggu babak drawing (undian) putaran final Piala Eropa 2020 yang rencananya digelar di Bucharest, Rumania pada 30 November mendatang. Sheva tinggal menunggu siapa saja negara yang akan menjadi lawan Ukraina di fase grup.  Nantinya, 24 tim yang lolos, akan diundi dalam enam grup. 

"Sekarang, kami akan menunggu undian dan merencanakan persiapan kami sesuai dengan hasil undian itu," sambung Shevchenko seperti dikutip dari Uefa.

Piala Eropa 2020 akan digelar mulai 12 Juni hingga 12 Juli tahun depan. Menariknya, berbeda dengan turnamen sebelum-sebelumnya, EURO 2020 tidak digelar di satu atau dua negara. 

Namun, turnamen tahun depan akan memakai format tuan rumah bersama. Ada 13 negara yang akan menjadi tuan rumah dari fase grup hingga final.

Pad akhirnya, selamat untuk Shevchenko dan Timnas Ukrainanya. Dari Shevchenko, kita bisa belajar banyak hal. Perihal nikmatnya bekerja di dunia yang memang kita kenal. Tentang bekerja dengan passion. Juga sukses itu butuh proses.

Seperti Timnas Ukraina yang sempat gagal. Kita mungkin acapkali terjatuh. Terpenting, segera bangun dari kejatuhan. Lalu mengevaluasi apa saja kesalahan dan berusaha mengejar target berikutnya. Pada akhirnya, keberhasilan bisa diraih. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun