Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Mundur dari Macau Open, Pilihan Cerdas untuk Berhemat Tenaga demi Turnamen Besar

1 November 2019   06:23 Diperbarui: 1 November 2019   06:31 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hemat tenaga, Praveen Jordan dan Melati Daeva memilih mundur dari Macau Open 2019. Padahal, mereka berpeluang meraih hat-trick gelar/Foto: bolasport.com

Mereka tahu bila tampil beruntun dalam tiga pekan, efeknya bisa kurang bagus bagi kondisi fisik dan mental mereka. Ada kejenuhan. Karenanya, istirahat menjadi pilihan terbaik.

Apalagi, mundur dari Macau Open bukanlah kesia-siaan. Justru, mereka mengambil jeda demi target lebih besar. Sebab, pekan depan, Praveen dan Melati sudah ditunggu turnamen yang lebih besar. Ada Fuzhou China Open Super 750 yang digelar 5-10 November. Berlanjut Hong Kong Open Super 500 yang digelar 12-17 November 2019.  

Hemat tenaga atur target prioritas demi Olimpiade

Bayangkan, seandainya Praveen dan Melati tetap tampil di Macau Open 2019, mereka akan tampil di lima turnamen beruntun dalam lima pekan. Mungkin mereka bisa menambah gelar. Namun, kelelahan bisa berakibat buruk. Semisal cedera sehingga harus menepi dari lapangan.

Bila sudah seperti itu, performa mereka yang sedang bagus-bagusnya, bisa lenyap tak berbekas. Padahal, Olimpiade 2020 semakin dekat. Karenanya, penting untuk menjaga stamina dan mental agar tetap dalam kondisi terbaik.

Dalam hal ini, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) memang harus jeli dalam memilihkan turnamen untuk atlet-atletnya. Bila turnamenannya "kurang penting", pemain jangan dipaksakan tampil.

Hal ini tidak hanya berlaku bagi Praveen dan Melati, tetapi juga semua 'artis papan atas' di PBSI yang berpeluang tampil di Olimpiade 2020. Seperti Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon, tenaga mereka harus dihemat. Begitu juga Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.

Toh, peringkat mereka di rangking BWF hingga bulan Oktober ini sudah bagus. Mereka memenuhi syarat untuk tampil di Olimpiade 2020. Tingga konsisten di sisa waktu "kualifikasi" hingga April, dengan tampil bagus di turnamen-turnamen besar.

Jangan sampai, hanya demi memburu banyak gelar di turnamen BWF World Tour sepanjang tahun 2019 ini, lantas terus bermain tanpa jeda. Kalaupun gelar demi gelar bisa diraih, bagaimana bila malah 'kehabisan batere' saat tampil di Olimpiade 2020 sehingga tidak sesuai harapan.

Harus diingat, Olimpiade adalah 'segalanya' bagi atlet. Kejuaraan terpenting. Meraih medali di Olimpiade, apalagi medali emas, akan menjadi pencapaian tertinggi bagi seorang atlet. Dan tentu saja, kebanggaan bagi negara.  

Karenanya, terpenting sekarang adalah menjaga momentum atlet. Tidak hanya penampilan di lapangan. Tapi juga kondisi mereka. Seperti Praveen dan Melati, setelah lama jatuh bangun, mereka kini bangkit di saat yang tepat. Kini tinggal menjaga kondisi mereka agar bisa 'meledak' di Olimpiade nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun