Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Dua Jempol untuk Duet Pelatih Ganda Putra Indonesia, Satu Wakil Tampil di Final

24 Agustus 2019   07:24 Diperbarui: 24 Agustus 2019   07:30 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Babak perempat final Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 yang berlangsung di Basel, Swiss, pada Jumat (23/8) petang hingga tengah malam kemarin, bak sebuah pertunjukan drama yang menguras emosi penontonnya. Utamanya bagi penggemar bulutangkis di Indonesia.

Ya, kita bak disuguhi pertunjukan drama dengan alur cerita yang mampu mengaduk-aduk emosi. Perasaan sedih, cemas, gregetan, senang dan bangga,  bercampur menjadi satu ketika melihat empat wakil Indonesia kemarin berjuang mati-matian demi memperebutkan tiket lolos ke semifinal kejuaraan perorangan level tertinggi BWF ini.

'Pertunjukan drama' dari Basel diawali dengan cerita sedih. Tunggal putra andalan Indonesia, Jonatan Christie, yang diharapkan bisa lolos ke semifinal dan menyumbang medali untuk Indonesia di Kejuaraan Dunia 2019, ternyata gagal. 

Jonatan yang menjadi unggulan 4 dihentikan oleh pemain India, Sai Praneeth Bhamidipati atau yang terkenal dengan 'nama panggung' B Sai Praneeth. Jonatan kalah dua game langsung, 22-24, 14-21 dalam waktu 52 menit.

Sai Praneeth yang sejatinya 'hanya' menempati unggulan 16, seolah menjadi mimpi buruk bagi tunggal putra Indonesia di Kejuaraan Dunia 2019. Sebelumnya, di putaran ketiga, Kamis (22/8), dia pula yang mengalahkan tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting, 21-19, 21-13.

Dari sini, penggemar bulutangkis awam seperti kita, layak bertanya: "mengapa dua tunggal putra kita bisa kalah dari pemain yang sama? "Apakah pelatih kurang melakukan evaluasi dari kekalahan Ginting atau tidak memelototi permainan Sai Praneeth?".

Ah, apapun itu, seperti bunyi pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Tunggal putra kita lagi-lagi tak mampu menjadi juara dunia sejak Taufik Hidayat kali terakhir meraihnya pada tahun 2005 silam.

Greysia/Apri tampil hebat, kalahkan juara dunia 2017

Untungnya, kisah sedih dari tunggal putra, terobati dengan penampilan hebat ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriani Rahayu. Meski sepanjang tahun 2019 ini, penampilan mereka kurang konsisten, Greysia/Apri ternyata mampu 'meledak' di Basel.

Kemarin, mereka mengalahkan ganda putri Tiongkok unggulan 4, Chen Qingchen/Jia Yifan dengan skor ketat yang bikin penggemar bulutangkis Indonesia seperti 'olahraga jantung'. Greysia/Apri yang menjadi unggulan 5, menang 25-23, 23-21 atas pasangan juara dunia 2017 tersebut.

Kemenangan ini bak kisah deja vu Kejuaraan Dunia tahun lalu di Nanjing, Tiongkok. Kala itu, Greysia/Apri juga berhasil lolos ke semifinal setelah mengalahkan Chen/Jia di perempat final. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun