Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Warisan Inspirasi dari Perjuangan Pak Sutopo Melawan Kanker

7 Juli 2019   10:06 Diperbarui: 7 Juli 2019   11:42 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat jalan pak Sutopo/Foto: Kompas.com

"Ya, anakku, selama hidupku yang limapuluh enam tahun ini tahulah aku, bahwa usaha dan ikhtiar manusia itu sangat terbatas. Aku sendiri tak membiarkan adikmu sakit bila saja aku berkuasa atas nasib manusia".

Salah satu petikan kutipan dari novel Bukan Pasar Malam karangan Pramoedya Ananta Toer itu seperti menjadi refleksi dari perjuangan panjang Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam melawan penyakit kanker paru yang dideritanya.

Sejak divonis dokter menderita kanker paru pada pertengahan Januari 2018 lalu, Pak Sutopo tidak menyerah. Berbagai ikhtiar telah dijalaninya dalam melawan kanker untuk bisa sembuh.

Terakhir, pertengahan Juni lalu, Pak Sutopo mengumumkan dirinya akan menjalani pengobatan di Guangzhu melalui akun Instagramnya @sutopopurwo pada 15 Juni 2019 lalu. "Hari ini saya ke Guangzou untuk berobat dari kanker paru yang telah menyebar di banyak tulang dan organ tubuh. Kondisinya sangat menyakitkan sekali". 

Warganet yang merespons tulisan tersebut, lantas kompak membuat tanda pagar (tagar) #DoaBuatSutopo. Itu bukti betapa Pak Sutopo dicintai oleh banyak orang.


Tetapi memang, seperti kata eyang Pramoedya, iktiar dan usaha manusia itu terbatas. Manusia tidak berkuasa atas nasibnya sendiri. Pagi ini, kita mendapat kabar, Pak Sutopo meninggal dunia di Guangzhou, China, pada pukul 02.20 waktu setempat atau pukul 01.20 WIB seperti dikutip dari megapolitan.kompas.com. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Kabar meninggalnya pak Sutopo membuat saya lagi-lagi teringat pada kutipan terkenal eyang Pramoedya di novel Bukan Pasar Malam itu.

Bahwa "di dunia ini manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana".

Awal Juni lalu, ketika mantan Ibu Negara, Ani Yudhoyono meninggal dunia karena penyakit kanker darah, Pak Sutopo ikut mengucapkan belasungkawa. Melalui akun Twitter @Sutopo_PN, ia menyampaikan selamat jalan kepada Ibu Ani. 

"Innaa lillahi wainnaa ilahi rajiun...Selamat jalan Ibu Ani Yudhoyono. Tuhan telah memanggilmu. Tuhan telah melepas sakit dari tubuh Ibu. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada Allah kita akan kembali. Semoga Allah mengampuni dosa menerima amal ibadah kita. Aamiin," tulisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun