Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Jojo Tersingkir Cepat di Swiss Open 2019, Kapan Bisa Juara?

15 Maret 2019   11:42 Diperbarui: 20 Maret 2019   10:08 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jojo tersingkir di putaran II Swiss Open 2019/Foto: Twitter Badminton Ina

Dan yang paling baru, setelah dari All England, keduanya tampil di turnamen BWF Swiss Open 2019 yang putaran pertamanya dimulai Rabu (13/1). Ada harapan besar mereka bisa juara di turnamen yang digelar di Kota Basel ini.

Pertama, Swiss Open Super 300 levelnya tidak setinggi All England (Super 1000). Artinya, tidak banyak pemain top dunia yang tampil. Faktanya, sang juara All England 2019, Kento Momota tidak ikut tampil. Malah, Viktor Axelsen yang jadi unggulan 3, mundur karena mengaku kelelahan. 

Pemain Denmark ini memilih jeda demi memulihkan kondisinya. Praktis, saingan berat Ginting dan Jonatan hanya tinggal dua pemain Tiongkok, Shi Yuqi dan Chen Long yang adi unggulan 1-2.  

Kedua, Ginting dan Jonatan juga masuk daftar unggulan (4 dan 5). Maknanya, mereka juga menjadi salah satu kandidat untuk memenangi gelar di Basel. Sebab, lawan-lawan yang dihadapi memang bisa dibilang "pemain kelas dua".

Namun, yang terjadi, sungguh pahit. Jonatan Christie yang diharapkan bisa menebus kegagalan di All England 2019, justru kembali tersingkir cepat. Tadi malam (14/3), Jojo--panggilan Jonatan Christie tereliminasi di putaran kedua.  

Ironisnya, Jojo yang menjadi unggulan kelima di turnamen ini, kalah dari pemain non unggulan asal India, Subhankar Dey. Dia takluk rubber game dalam waktu 1 jam 11 menit. Menang meyakinkan 21-12 di game pertama, Jojo justru kalah 20-22, 17-21 di dua game berikutnya.

Di ajang bulu tangkis dunia, nama Subhankar Dey belum seterkenal beberapa rekan senegaranya yang lain. Salah satunya Srikanth Kidambi yang juga mengalahkan Jojo di putaran II All England pekan lalu.

Dan, sebuah kebetulan, kekalahan Jojo dari Dey itu hampir sama ketika dia kalah dari Srikanth lewat rubber game 21-17, 11-21, 21-12. Bahwa, Jojo tak mampu tampil mematikan ketika game penentuan. Pertanda apa? Sampean (Anda) yang sering melihat penampilannya melalui kanal Youtube ataupun siaran langsung televisi, mungkin lebih paham.

Dikutip dari Badminton Indonesia, Jojo mengakui bila lawannya bermain bagus, tidak gampang mati dan juga ulet. "Dia kejar terus kemanapun bola yang saya arahkan. Beberapa kali saya serang, pertahanannya rapat sekali. Waktu bola-bola saya jauh-jauhkan dari dia pun masih bisa dijangkau," sebut Jonatan.

Seringkali saya sampaikan lewat tulisan, bila kita selaku pecinta bulu tangkis kecewa dengan kabar ini, Jojo pastinya lebih kecewa. Dia pastinya juga tidak mau kalah. Dia telah berjuang sekuat tenaganya. Tetapi memang, hasil di lapangan terkadang tidak sesuai dengan keinginan.

Masalahnya, dalam bulu tangkis, ukuran keberhasilan adalah kemenangan. Kalau statusnya masih pemain muda, bisa kalah rubber game dari pemain kelas dunia, mungkin masih bisa dibilang bagus. Namun, untuk pemain yang levelnya masuk prioritas tampil di Olimpiade 2020, ekspektasinya tentu berbeda. Ekspektasinya tentu juara. Dan, bila ekspetasi itu tidak terpenuhi, wajar jika sorotan tertuju kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun