Selamat berakhir pekan. Sebagai orang tua, apa yang sampean (Anda) lakukan untuk bisa lebih dekat dengan anak-anak di di penghujung pekan ini? Â
Apakah berlibur ke tempat-tempat wisata, apakah mengajak makan bersama di rumah makan, memancing di kolam pemancingan, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, berolahraga pagi bersama-sama, sekadar nonton acara TV maupun main game di rumah atau berkunjung ke rumah neneknya anak-anak.
Dari sekian pilihan, opsi terakhir itulah yang saya lakukan di akhir pekan ini. Menjenguk ibu yang juga neneknya anak-anak. Bisa melihat ibu tetap sehat dan mencicipi masakannya yang ngangeni, menjadi kebahagiaan terbesar yang bisa dirasakan di rumah ibu.
Selain itu, anak-anak bisa tertawa girang bermain bersama sepupu dan teman-teman sebayanya yang jumlahnya lebih banyak bila dibanding di komplek perumahan tempat tinggalnya. Lantas, mengobrol bersama mereka tentang keseruan akhir pekannya selama perjalanan pulang.
Dan memang, ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk lebih dekat dengan anak-anaknya. Namun, dari banyak cara tersebut, semuanya sejatinya mengerucut pada satu hal. Satu hal bernama mengobrol. Bagi saya, mengobrol ini sebenarnya "ruh" dari kebersamaan orang tua dan anak.
Sebab, apalah artinya kebersamaan ke tempat wisata, ke rumah makan, ke mall, ke kolam pemancingan atau ke manapun bila tanpa ada komunikasi yang cair antara orang tua dan anak.
Apalah artinya bersama dan berdekatan tetapi sejatinya jauh karena masing-masing anggota keluarga ternyata asyik dengan dunianya masing-masing. Apalah artinya menikmati quality time bila hanya bersama secara fisik tetapi tidak ada kebersamaan secara batin.
Menyoal pentingnya mengobrol dengan anak ini, saya tertarik dengan postingan komika yang kini menjadi sutradara sukses, Ernest Prakasa di akun Instagramnya. Ernest yang baru saja pulang berlibur dari London bersama keluarganya, mengisahkan kedekatannya dengan sang anak sulung, Sky.
Tulisannya agak panjang. Seperti ini (mohon ijin mengutip ya Koh Ernest):
"Malam pertama di Jakarta setelah balik dari London, Sky kena jetlag parah. Alhasil, jam 3 pagi kami malah duduk berdua di meja makan, makan roti sambil ngobrolin segala macem. Mulai dari obrolan ringan sampe mulai serius, bahkan gw cerita soal perubahan profesi gw dan bagaimana itu mempengaruhi keluarga kita dari segala aspek. Dan level pemahamannya dia bikin gw jadi tersadar, buset anak gw udah gede ya. Kelas 3 SD, hampir 9 tahun, ternyata udah bisa diajak ngobrol serius.
Tadi malem, dia bilang. "Daddy, do u remember our late chat that night? I had a wonderful time. Love you". Trus dia peluk gw. Oh man. Rasanya kayak ada bonding yg lebih kuat antara gw sama dia, hanya gara2 momen sesimpel itu.