Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Japan Open 2018 Jadi "Kuburan" Pemain "Media Darling"

14 September 2018   06:05 Diperbarui: 14 September 2018   08:35 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua tunggal putri top dunia yang juga finalis Asian Games 2018, Tai Tazu-ying dan Pusarla Sindhu, tersingkir cepat di Japan Open 2018/Foto: Medium.com

Babak 16 besar turnamen bulutangkis Japan Open 2018 yang digelar di Tokyo, Kamis (14/9) kemarin, memunculkan kejutan-kejutan dashyat. Beberapa pemain unggulan, pemain tenar yang selama ini menjadi kesayangan media (media darling) dalam artian kiprahnya di bulutangkis nyaris tidak pernah luput dari sorotan media, gagal melaju ke perempat final.  

Beberapa pemain media darling tersebut dikalahkan oleh pemain yang belum banyak dikenal publik. Bahkan, untuk pengucapan namanya saja cukup susah karena saking belum terkenalnya mereka di 'panggung' bulutangkis dunia. Siapa coba yang mengenal nama Chen Xiaoxin. Penggemar bulutangkis pastinya lebih familiar dengan nama Chen Yufei atau Gao Fangjie, bila menyebut pebulutangkis tunggal putri Tiongkok era kekinian karena penampilan keduanya lebih konsisten.

Nah kemarin, Chen Xiaoxin yang baru berusia 20 tahun, membuat kejutan hebat dengan mengalahkan pemain unggulan 1, Tai Tzu-ying. di babak 16 besar. Xiaoxin bahkan bisa menang dua set langsung (straight game) 21-18, 21-14 hanya dalam waktu 40 menit. Ini hasil yang terbilang cukup langka di bulutangkis.

Baru kali ini, sejak menguasai persaingan di tunggal putri dalam beberapa tahun terakhir, Tai Tzu-ying (TTY) tersingkir cepat di sebuah turnamen. Biasanya, pemain rangking 1 dunia asal Taiwan ini hampir selalu juara di turnamen yang diikutinya. Tahun 2018 ini, TTY sudah meraih enam gelar. Mulai dari Indonesia Masters, All England Open, Malaysia Open, Indonesia Open, juara Asia dan terakhir meraih medali emas Asian Games 2018.

Kalaupun kalah, pemain berusia 24 tahun ini biasanya takluk di final seperti di turnamen Malaysia Masters pada Januari lalu. Sangat jarang dia kalah di round 2 seperti di Japan Open 2018 ini. 

Atas prestasinya itu, TTY menjadi pemain kesayangan media. Apalagi, dia juga atlet yang mementingkan pendidikannya. Juni lalu, TTY meraih gelar master setelah menyelesaikan pendidikan S2 di universitas di Taiwan. Pemberitaan tentang TTY bukan hanya di media Taiwan. Media Tiongkok seperti Xinhua pun sering mengekspos suksesnya. Termasuk media-media di Indonesia.  

Tai Tzu Ying, baru kali ini tersingkir cepat/Foto: BWF Badminton
Tai Tzu Ying, baru kali ini tersingkir cepat/Foto: BWF Badminton
Dan, TTY tidak sendirian tersingkir cepat. Lawannya, di final Asian Games 2018, Pusarla Venkata Sindhu juga out. Pemain terbaik India rangking 3 dunia ini juga dikalahkan pemain Tiongkok, Gao Fangjie. Sindhu (23 tahun) kalah tipis dari 18-21, 19-21 dari pemain berusia 19 tahun tersebut.

Sindhu selama ini juga menjadi 'media darling', meski prestasinya belum segemerlap seperti TTY. Selama ini, pebulutangkis berpostur atletis dengan tinggi 177 cm ini lebih sering menjadi runner-up. Termasuk di Olimpiade 2016 silam. Tidak hanya mengulas penampilannya di lapangan, media India dan media internasional juga kerap menyoroti hubungan kaku nya dengan sesama pebulutangkis India, Saina Nehwal.

Sayangnya, tren kejutan itu tidak mampu dilakukan oleh tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung. Gregoria tidak mampu mengikuti jejak Chen Xiaoxin. Menghadapi pemain terbaik Thailand unggulan 4 dan pernah jadi juara dunia 2013, Ratchanok Intanon, Gregoria kalah stright game, 15-21, 13-21.  

Pemain unggulan di sektor ganda putra/putri juga bertumbangan

Dan, daftar pemain kesayangan media yang rontok di round 2 di Japan Open 2018, bertambah dengan tumbangnya ganda putra nomor satu Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Unggulan 3 ini dikalahkan ganda Korea. Juga, ganda senior Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen (unggulan 5) yang tahun lalu menjadi musuh bebuyutan bagi ganda putra Indonesia, Markus Gideon/Kevin Sanjaya.

Bahkan, sebelumnya, ganda Tiongkok, Liu Cheng/Zhang Nan yang merupakan juara dunia 2017, sudah kandas di round 1. Termasuk ganda nomor 2 Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko.

Kejutan juga terjadi di ganda putri tatkala ganda Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi juga terhenti di round 2. Kemarin, Misaki/Ayaka, sang peraih medali emas Olimpiade 2016, dikalahkan ganda putri muda Tiongkok, Du Yue/Li Yinhui lewat pertandingan rubber game yang menguras tenaga selama 1 jam 26 menit dengan skor akhir 21-12, 25-27, 11-21.

Selama ini, meski Jepang memiliki beberapa ganda putri top dunia, Misaki/Ayaka adalah salah satu kesayangan media. Meski kini menjadi ganda putri Jepang paling senior, Misaki (26 tahun) dan Ayaka (28 tahun), prestasi mereka masih relatif stabil. Keduanya sudah meraih dua gelar di tahun 2018 (Indonesia Masters dan Malaysia Open) plus runner up kejuaraan Asia 2018 dan Asian Games 2018.

Tidak sulit menemukan referensi tentang mereka berdua. Bahkan, di Instagram sempat beredar betapa Misaki telah dilatih menjadi pebulutangkis sejak masih SD. Misaki/Ayaka bahkan sudah bermain bersama sejak masih SMA, hingga sekarang.  

Jonatan Christie juga "korban" tren pemain media darling yang tersingkir cepat

Dan, bicara tentang pemain media darling yang tersingkir cepat di Japan Open 2018, jangan lupakan nama tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie. Seperti yang diberitakan sebelumnya, peraih medali emas tunggal putra Asian Games 2018 ini langsung out di round 1 pada hari pertama (11/9) usai kalah dari pemain India, Prannoy Haseena Sunil umar dua set langsung.

Kekalahan Jonatan ini cukup mengejutkan bila merujuk pada prestasinya yang dua pekan lalu meraih medali emas Asian Games 2018. Namun, bila merujuk pada pencapaian Jojo--panggilan Jonatan yang acapkali tampil tidak konsisten di turnamen BWF World Tour, kekalahan ini seperti kejadian yang berulang seperti yang saya tulis sebelumnya di Kompasiana https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/5b97dd2743322f70d57e1e76/mengapa-jonatan-christie-langsung-kalah-di-japan-open-2018

Dan, selain Jojo, tunggal putra Tiongkok, Shi Yuqi juga layak masuk daftar pemain kesayangan media yang tersingkir cepat dari Japan Open. Unggulan kedua ini langsung rontok di round 1 usai dikalahkan pemain Thailand yang tengah on form, Khosit Phetpradab.

Shi Yuqi selama ini menjadi media darling di Tiongkok seiring mulai menuanya Lin Dan dan Chen Long. Terlebih ketika dia berhasil menjadi juara All England Open 2018 dan menjadi finalis Kejuaraan Dunia 2018. Namun, penampilannya memang belum konsisten. Boleh jadi karena usianya yang memang masih 22 tahun.

Indonesia punya lima wakil di perempat final

Mungkinkah babak perempat final Japan Open 2018 yang digelar Jumat (14/9) nanti akan kembali menghasilkan kejutan?

Ah, saya lebih suka berharap, lima pemain Indonesia yang tampil di perempat final, semuanya bisa melaju ke semifinal. Meski beberapa akan menghadapi lawan berat. Seperti tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting yang akan menghadapi pemain rangking 1 dunia sal Denmark, Viktor Axelsen, lalu ganda campuran Praveen Jordan/Melati Daeva bertemu peraih medali perak Olimpiade 2016 asal Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Sementara ganda putri, Greysia Polii/Apriyani Rahayu bertemu ganda Bulgaria, Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva.

Dua ganda putra Indonesia juga menghadapi lawan tangguh. Pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto bertemu ganda Tiongkok unggulan 2, Li Junhui/Liu Yuchen yang kemarin menang WO atas Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Dan, Markus/Kevin akan menghadapi ganda Belanda, Jelle Maas/Robin Tabeling yang kemarin mengalahkan Boe/Mogensen.

Dua pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/M Rian Ardianto dan Markus Gideon/Kevin Sanjaya bisa bertemu di final ganda putra Japan Open 2018/Foto: Twitter BadmintonIna
Dua pasangan ganda putra Indonesia, Fajar Alfian/M Rian Ardianto dan Markus Gideon/Kevin Sanjaya bisa bertemu di final ganda putra Japan Open 2018/Foto: Twitter BadmintonIna
Menariknya, Fajar/Rian dan Markus/Kevin tidak berada dalam satu pool. Artinya, bila mereka berhasil lolos ke semifinal. Mereka berpeluang bertemu di final. Dan, bila terjadi, itu akan menjadi ulangan final Asian Games 2018 lalu. Dan yang pasti, Indonesia minimal bisa meraih satu gelar dari Japan Open 2018. Bisakah terwujud? Salam  bulutangkis

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun