Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Wahyu Darmawan, Menyebarkan Energi Baik Lewat Ketan

14 Agustus 2018   11:22 Diperbarui: 14 Agustus 2018   11:55 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahyu Darmawan berhasil menyebarkan energi baik lewat ketan. Tidak hanya menghidupi keluarga, usahanya juga menjadi 'pintu rezeki' bagi orang lain/ Foto pribadi

Pernah merasakan jatuh bangun menjalani kerasnya hidup membuat Wahyu Setya Darmawan paham makna penting memiliki energi baik. Bahwa, sesulit apapun situasi yang dialami, energi baik berupa pikiran positif, semangat dan menjalin hubungan baik dengan banyak orang, bisa menjadi awal perubahan yang jauh lebih baik.

Energi baik itulah yang telah menggerakkan Wahyu (44 tahun), berhasil menggapai sukses melalui jajanan tradisional ketan yang bahkan tidak pernah terbayang olehnya. Ikhtiar berjualan ketan yang awalnya hanya diniatkan untuk bertahan hidup itu kini telah mampu menyejahterahkan keluarganya dan bahkan bisa menghidupi orang lain.

Ketika dua pekan lalu bertemu dan mendengarkan ceritanya bersama sang istri, Rini Kusuma dalam membangun bisnis kedai ketannya, saya bak menyaksikan film drama mengharu baru yang berakhir bahagia. Saya bahkan tidak menyangka, pria berbadan tinggi besar ini sampai meneteskan air mata ketika mengenang kembali masa-masa perjuangannya sebagai kepala keluarga.

Jauh sebelum berhasil menjadi pengusaha makanan tradisional sukses dengan omset 70 juta per bulan seperti sekarang, ayah dua orang anak ini pernah merasakan betapa hidup sama sekali tidak ramah.

Pernah merasakan kesulitan ekonomi, awali usaha dengan jualan 20 bungkus ketan

Sekira lima tahun silam, ketika masih menjadi jurnalis, Wahyu pernah dihadapkan pada kenyataan manis pahit. Istrinya tengah mengandung anak kedua. Kabar yang tentu saja menggembirakan. Namun, juga butuh perjuangan. Sebab, untuk persalinan sang istri yang akan melahirkan secara caesar, jelas butuh biaya besar. Belum lagi untuk biaya periksa rutin ke dokter. Terlebih gajinya sebagai wartawan belum masuk kategori memuaskan.

Semakin berat karena dia menjadi "kran penghasilan" tunggal bagi keluarga karena sang istri berhenti dari pekerjaannya. Wahyu menggambarkan kondisi keuangan keluarganya kala itu sempat goncang. Tak jarang, dia mengalami kantong kering.

"Bahkan, jadwal mengantar istri kontrol dokter bisa molor beberapa hari karena menunggu rezeki datang. Tabungan juga terus tergerus karena kebutuhan. Sementara di bulan kesembilan, istri sudah harus operasi. Dan, kami hitung saldo di tabungan tidak akan mencukupi kalau hanya mengandalkan gaji," kenang Wahyu.

Di tengah himpitan ekonomi, Wahyu lantas terpikir memulai usaha kecil-kecilan. Kebetulan di dekat kantornya ada cukup banyak warung kopi, lalu muncul ide berjualan ketan. Namun, ide itu menguap begitu tahu harga lapak/rombong untuk berjualan yang dikiranya 500 ribu-an, ternyata mencapai 2 juta-an.

Di bulan keempat, situasi ekonomi yang dihadapinya semakin sulit. Sampai, ada satu kejadian yang membuatnya pilu. Ketika menjemput putri sulungnya pulang sekolah dan sang anak meminta dibelikan ayam goreng karena lapar, dia sampai harus 'membohongi' putri kesayangannya itu karena tak punya cukup uang. Itu momen yang paling menyahat hatinya sebagai ayah.

"Esok sorenya, istri memasak satu kilogram ketan yang dikemas jadi 20 bungkus dan siap dijual. Karena bingung mau dijual di mana, akhirnya saya bawa ke kantor. Saya jual 2500 per bungkus. Mungkin karena teman-teman kasihan, ketannya habis dan dapat uang 50 ribu. Itu senangnya luar biasa," ujar dia.

Berawal dari 20 bungkus ketan, kini telah memiliki kedai yang menjadi jujugan warga Surabaya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Berawal dari 20 bungkus ketan, kini telah memiliki kedai yang menjadi jujugan warga Surabaya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Setelah berjalan dua pekan, Wahyu lantas menambah produksi ketannya. Selain di kantor, dia juga menaruh ketannya di kantin Polda Jatim. Kala itu, dia memang ditugaskan meliput di Polda Jatim oleh media tempatnya bekerja. Awalnya ketan nya selalu terjual habis. Hingga di suatu siang, ternyata masih ada.

Dia pun mencoba menawarkannya melalui media sosial dan short message service. Ternyata ada cukup banyak kenalan dan narasumber yang berminat. Kepribadian Wahyu yang mudah bergaul dengan siapa saja, memang membuatnya memiliki banyak kenalan.

"Sejak saat itu, ketika berangkat liputan, di motor saya ada keranjang berisi ketan pesanan narasumber. Ada yang pesan 10 bungkus hingga 25 bungkus. Hampir dua tahun saya melakoni liputan sambil jualan ketan. Dari delivery ketan itu, Alhamdulillah bisa membiayai ongkos persalinan istri," jelas Wahyu.

Setelah anak kedua lahir, Wahyu berkeinginan memiliki tempat jualan agar penikmat ketan bisa ngobrol santai sambil minum. Dia lalu menemukan tempat strategi. Atas bantuan salah seorang narasumbernya, Wahyu pun bisa berjualan di lokasi tepat di seberang Taman Bungkul Surabaya.

Di hari Minggu, 1 Desember 2013 bertepatan dengan acara car free day, dia mulai berjualan ketan yang ia beri nama Ketan Punel di warung tersebut bersama istri, mertua dan dua anaknya. "Waktu itu bawa ketan 2 kilogram, satu jam sudah habis. Rasanya senang luar biasa," kenangnya.

Sukses Wahyu dalam berjualan ketan tidak lepas dari energi baik yang dia tunjukkan kepada pelanggan kedainya. Dia tak segan menyapa dan mengobrol dengan tamu kedai nya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Sukses Wahyu dalam berjualan ketan tidak lepas dari energi baik yang dia tunjukkan kepada pelanggan kedainya. Dia tak segan menyapa dan mengobrol dengan tamu kedai nya/Foto: Instagram RiniKusumaKetanPunel
Sejak itu, setiap jelang sore setelah liputan, Wahyu mampir ke warungnya untuk menata sendiri meja dan kursi. Ketika istrinya datang, dia lalu ngantor untuk menulis berita. Alur kehidupan seperti itu dia jalani selama beberapa lama. Sampai, dia memutuskan mundur dari tempat kerja yang selama 15 tahun dia berkarya demi fokus mengurus warung.

"Setelah diskusi mempertimbangkan banyak hal dan setelah kami hitung, ketan ini yang bisa menghidupi kami sehingga kami memilih jalan yang bisa menghidupi ini," ujarnya.

Lewat ketan, menghidupi keluarga dan menyebarkan energi baik untuk orang lain

Pilihannya itu tidak salah. Dalam waktu tidak lama, Wahyu berhasil 'menyulap' warungnya jadi tempat nongkrong favorit di Surabaya. Dari anak-anak muda, hingga orang-orang kantoran, dari mereka yang naik motor hingga yang naik mobil super mahal, menjadi pelanggan tetap. Bahkan, kini pelanggan ada yang booking tempat untuk menggelar arisan ataupun reuni. Wirausaha yang dia rintis dari 20 bungkus ketan itu kini sukses besar.

Hebatnya, warung ketan itu tidak hanya menghidupi keluarganya. Wahyu juga menyebarkan energi baik dari warungnya untuk menghidupi orang lain. Dia mengajak beberapa orang untuk menjadi karyawan di warungnya. Wahyu kini memiliki sembilan karyawan. Pria kelahian Madiun yang dulunya bergaji pas-pasan ini kini bahkan bisa menggaji bulanan sembilan karyawan dengan besaran gaji hampir setara dengan yang ia terima dulu. 

"Semangat awalnya hanya untuk membiayai anak. Alhamdulillah sekarang bisa menghidupi orang lain. Ketan ini sudah kami anggap anak ketiga," sambung Rini, istri Wahyu.

Menariknya, dalam memperlakukan karyawannya, Wahyu tidak menganggap mereka seperti anak buah. Dia menganggap mereka seperti keluarganya. Demi menjamin kebutuhan karyawannya tercukupi, dia menerapkan kebijakan khusus berupa "kasbon" di mana karyawan sewaktu-waktu bisa meminjam uang bila memang sedang membutuhkan.

"Mereka ini ada yang mahasiswa, ada yang mantan pecandu narkoba dan ada yang pendidikan SD nggak lulus. Tapi, tanpa mereka, kami nggak bisa seperti ini. Karenanya, kami ingin usaha ini bisa membantu menghidupi mereka. Jangan sampai ada pegawai yang nggak bisa makan," ujarnya.

Wahyu bersama karyawan kedai nya refreshing sejenak dengan rafting bersama di Pacet, Mojokerto pada akhir pekan kemarin/Foto Istimewa Wahyu Darmawan
Wahyu bersama karyawan kedai nya refreshing sejenak dengan rafting bersama di Pacet, Mojokerto pada akhir pekan kemarin/Foto Istimewa Wahyu Darmawan
Tidak melulu bekerja, Wahyu juga rutin mengajak karyawan-karyawan di kedai nya untuk refreshing dengan melakukan outing setiap tahunnya. Seperti tahun lalu, Wahyu mengajak pegawai dan keluarganya menginap di vila di Batu. Dan tahun ini, Wahyu bersama karyawannya bergembira bersama lewat rafting di Pacet, Mojokerto. "Kami sengaja meliburkan dan menutup jualan untuk rafting bersama karyawan," ujar Wahyu.

Sangat terbantu distribusi gas bumi PGN

Perihal kunci suksesnya menjadi pengusaha ketan, Wahyu menyebut rahasianya ada pada menyebarkan energi baik. Dia selalu berupaya untuk bersikap rendah hati dan tidak menyakiti hati pembeli dengan cara memberikan pelayanan dan penyajian terbaik. Baginya, etos kerja menjadi wirausaha, tidak jauh beda dengan wartawan yang berusaha sekuat tenaga bertemu narasumber, mewawancara dan menulisnya menjadi berita bagus.

Kunci sukses lainnya adalah adanya kontribusi energi baik dari gas bumi yang secara konsisten didistribusikan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) demi mendukung kebutuhan bahan bakar masyarakat.

Rini Kusuma mengaku sangat terbantu dengan adanya PGN. Utamanya dari sisi penghematan pemakaian gas. Sebab, bila memakai gas elpiji yang ukuran 15 kilogram, ternyata hanya cukup untuk tiga hari sehingga harus bolak-balik beli. "Kami memasak ketannya pakai gas. Dan itu butuh waktu hampir 3 jam. Jadi sangat terbantu sekali dengan adanya PGN. Sekarang ini tagihan (gas) per bulan antara 300-325 ribu rupiah," sebut Rini.

Jatuh bangun Wahyu Darmawan dan keluarganya dalam merintis jualan ketan, menjadi bukti bahwa untuk bisa sukses, seseorang butuh energi baik yang bisa menjadi "bahan bakar" demi menjadi pribadi tangguh. Energi baik itu bisa berupa dukungan keluarga yang menguatkan, kemauan bekerja keras dan berpikir positif bahwa ikhtiar tidak akan mengkhianati hasil.

Pada akhirnya, Wahyu tidak hanya berhasil menikmati nikmatnya sebentuk energi baik itu lewat kedai Ketan Punelnya yang kini digemari banyak orang dan menjadi sumber penghidupan keluarganya. Melalui ketan, dia juga mampu menularkan energi baik itu kepada orang lain. Dia bisa memberi kemanfaatan kepada orang lain dan orang lain itupun menularkannya kepada keluarganya. Ada rantai energi baik yang saling sokong dan produktif. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun