Mohon tunggu...
Aulia Fitri
Aulia Fitri Mohon Tunggu... mahasiswa -

Seorang narablog yang kini tergabung di Aceh Blogger Community dan beberapa komunitas. Tertarik pada media sosial sembari ngeblog di "OWL".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Kapok Naik KRL Ekonomi

20 Juli 2010   14:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:43 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_199621" align="alignleft" width="300" caption="Kehidupan sehari-hari warga Jakarta dan sekitarnya bersama KRL Ekonomi/Sumber: photobucket.com"][/caption] BAGI warga Jakarta dan Bogor serta sekitarnya mungkin tidak ada yang tidak mengenal Kereta Rel Listrik (KRL), baik itu kelas Ekpress, AC Ekonomi maupun kelas paling bawah Ekonomi dengan harga seribu lima ratus atau dua ribu rupiah satu tiket. Sarana transportasi yang sarat dan dekat dengan masyrakat ibu kota Jakarta dan sekitarnya ini memang terbilang salah satu transportasi dengan biaya yang sangat relatif murah dibandingkan transportasi lainnya seperti angkot, bis atau juga busway. "Jangan kapok naik KRL ekonomi" sebenarnya hanya sebuah kalimat yang saya dengar dari penumpang yang sempat berdesak-desakan di dalam sebuah KRL Ekonomi dari arah Jakarta Kota dengan tujuan Bogor. Memang kalau ditelisik lebih lanjut, saban hari warga Jakarta dan Bogor tidak pernah kapok dengan transportasi si "kuda besi" ini. Rela berdesak-desakan, kepanasan, kejepit, bahkan juga aksi para jambret alis copet dan masih banyak lainnya. Belum lagi dengan aroma harum mewangi dalam gerbong yang selalu setia menemani para penumpang. Ujung-ujungnya bisa mandi keringat sebelum sampai tempat tujuan. Mau dikata apa, itulah yang harus dilalui oleh mereka warga Jakarta dan sekitarnya yang membutuh saranan transportasi yang mudah, cepat dan praktis serta murah meriah. Tentu fenomena seperti ini sudah menjadi bagian tersendiri bagi mereka yang setia dengan KRL Ekonomi. Lalu bagaimana dengan nasib KRL Ekpress atau KRL AC Ekonomi, tentu dari segi perbedaan harga memang ini yang membedakannya. Selain itu, KRL sekelas AC Ekonomi memang masih cukup menjadi pilihan warga, selain rasa adem yang dapat dinikmati dan juga kenyamanan yang diperoleh. Tapi kenyamanan itu tidak semata disaat jam-jam padat, semuanya kelas KRL akan dirasakan sama (baca: sesak, panas, dsb). Mungkin inilah serangkaian dari salah satunya aktifitas di pusat ibu kota Jakarta dan sekitarnya yang dilakoni oleh sebagian besar warga, banyak orang kadang berpikir bahwa Jakarta dengan gedung-gedung yang megah, transportasi yang mewah, dan berbagai macam alasan lainnya. Namun, menurut saya Jakarta dengan KRL Ekonomi ini merupakan bagian dari sebuah wajah Jakarta yang sebenarnya. Di dalam KRL Ekonomi kita bisa menemukan orang dengan berbagai latar belakang dan usia. Justru dari tatap dan wajah-wajah mereka sudah menggambarkan, bahwa hidup di Jakarta perlu sebuah perjuangan, bukan sekedar perjuangan biasa, melainkan perjuangan yang ekstra untuk bertahan demi sesuap nasi. Setiap tahunnya, kita bisa melihat arus urban masyarakat daerah-daerah berlomba-lomba ingin ke Jakarta untuk mencari nafkah, serta ingin merasakan mewahnya Jakarta. Tapi itulah yang kadang luput dari perhatian para masyarakat daerah. Sisi lain Jakarta yang orang jarang melihatnya, yakni transportasi massal yang begitu "mewahnya" serta carut marut. Jadi, jangan kapok untuk ke Jakarta sebelum mikir dua atau tiga kali. Tapi bagi warga Jakarta dan sekitarnya itulah "kesenangan" yang mau tidak mau harus mereka tempuh setiap harinya.[]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun