Mohon tunggu...
Habib Mustofa
Habib Mustofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Manusia

Semoga Menghibur

Selanjutnya

Tutup

Trip

Tempat Indah di Puncak Dieng

2 Desember 2021   10:39 Diperbarui: 2 Desember 2021   10:54 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Hamparan pegunungan dan perbukitan memanjakan mata di tengah perjalanan menuju Dataran Tinggi Dieng. Dieng merupakan salah satu dataran tinggi yang memiliki pesona yang indah. Dieng menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang banyak diminati oleh banyak orang. Di sana, para wisatawan bisa mengunjungi berbagai macam tempat wisata seperti Kawah Sikidang, Danau Telaga Warna, Candi Arjuna dan masih banyak tempat yang lainnya.

Dieng terletak didua kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dieng memiliki gunung yang cukup terkenal dikalangan para pendaki. Gunung tersebut bernama Gunung Prau. Gunung Prau memiliki ketinggian yang tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan gunung lain yang ada di Indonesia, ketinggiannya hanya berkisar 2.700-an mdpl. Namun, suhu udaranya sangat dingin, mengingat gunung tersebut terletak di Dataran Tinggi Dieng.

Pendakian Gunung Prau menjadi pendakian pertama kali yang pernah saya lakukan. Memang banyak para pemula seperti saya yang menjadikan gunung tersebut sebagi tempat pendakian pertama. Saat itu saya mendaki bersama lima orang teman dan sesampai di basecamp, kami istirahat sejenak dan langsung memulai pendakian kurang lebih pada pukul 10.30 siang.

Pemandangan diawal jalur pendakian menyuguhkan panorama terasering yang tertata rapih dan ditanami berbagai macam tumbuhan. Panorama tersebut tersajikan cukup lama sebelum akhirnya saya menembus masuk ke dalam hutan. Setelah berjalan cukup lama sembari menikmati kesegaran udara hutan, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Jalur pendakian menjadi sangat licin sehingga saya harus sangat berhati-hati agar tidak terjatuh. Saya tidak menemukan tempat untuk berteduh dan hanya bisa berteduh di bawah pohon yang besar.

Setelah tiga jam perjalanan akhirnya saya sampai di puncak Gunung Prau. Karena tidak terlalu tinggi maka pendakian ditempuh dengan waktu yang cukup singkat hanya sekitar tiga sampai empat jam saja. Sebelumnya saya dan kedua teman saya sempat terpisah dengan ketiga orang yang lainnya, sehingga saya sampai di puncak sedikit terlambat yaitu pukul 14.30. Kemungkinan terpisah pada saat hujan deras dan saat mencari tempat untuk berteduh.

Sesampainya di puncak saya dan teman-teman langsung mendirikan tenda. Kabut datang dan meyelimuti puncak gunung sehingga pandangan sangat terbatas, kemungkinan hanya delapan sampai sepuluh meter untuk jarak pandang karena memang kabut benar-benar sangat tebal. Suhu terasa sangat dingin padahal baru sekitar pukul 15.00 sore. Setelah selesai mendirikan tenda, kemudian saya dan teman-teman masuk ke dalam tenda dan beristirahat cukup lama di dalam tenda karena memang hujan dan badai besar datang.

Matahari sudah tenggelam dan malam pun menyambut, tiba-tiba datang sekelompok orang yang ternyata mereka juga seorang pendaki gunung. Mereka basah kuyup kehujanan dan lucunya, mereka lupa membawa pasak yang digunakan untuk mendirikan tenda, sehingga tenda mereka tidak bisa didirikan. Qadarallah rombongan saya mendirikan tiga tenda dan akhirnya teman-teman saya berbagi satu tenda untuk pendaki yang baru datang tadi.

Setelah semuanya merapikan diri kemudian dilanjutkan dengan memasak makanan di dalam tenda sembari membuat minuman yang hangat untuk menghangatkan badan dan mengisi perut yang sudah keroncongan. Semua saling bertukar makanan dengan pendaki yang baru datang tadi dan saling bercanda ria. Sunyi malam pun berubah menjadi hangat dengan canda tawa bersama menikmati dinginnya puncuk gunung. Kemudian lanjut dengan tidur malam di temani suara rintik hujan yang menambah rasa nyenyak ketika tidur.

Fajar mulai menyingsing dari kediamannya. Momen inilah yang ditunggu para pendaki untuk mengambil sebuah foto, karena sunrise menambah indah dan cantiknya panorama puncak gunung. Semua pendaki bergegas untuk melihat indahnya sunrise di puncak gunung sembari mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan. Setelah puas menikmati sunrise dan berfoto-foto biasanya para pendaki kembali ke tenda untuk merapihkan tendanya masing-masing.

Pagi sudah cukup terang kemudian saya dan teman-teman saling membantu membongkar tenda dan berkemas untuk turun dari gunung. Sebelumnya saya dan teman-teman menyempatkan untuk memasak sarapan dan memakannya. Setelah semua bersih dan rapi saya dan teman-teman semua bergegas untuk turun dari gunung, tidak lupa juga untuk memungut sampah yang ditemukan dan kemudian membawanya untuk di buang di bawah atau di basaecamp. Kebiasaan pendaki gunung adalah membawa sampah yang ditemuinya di jalan kemudian membawanya sampai ke basecamp dan kemudian barulah dibuang ke tempat sampah.

Ya... begitulah gambaran mendaki gunung dan para pendaki ketika bertemu satu sama dengan yang lainnya. Mereka saling berbagi dan menolong sesama. Bahkan sifat asli dari seseorang akan muncul pada saat seseoarng mendaki gunung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun