Pendidikan adalah suatu proses yang perlu direncanakan dan dilaksanakan, serta mencakup latihan penilaian. Evaluasi memverifikasi bahwa semua program yang disetujui dan dilaksanakan berjalan sebagaimana mestinya dan kurikulum berfungsi sebagai pengaduan untuk mempraktikkan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dengan menggunakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP), kurikulum mencakup berbagai bidang akademik dan memberikan siswa pengalaman pendidikan praktis. Dalam perencanaan, pembuatan, dan penerapan kurikulum harus dilakukan secara konsisten dengan berpegang pada standar dan norma tertentu. Memastikan efektivitas, relevansi, efisiensi, dan kelayakan kurikulum adalah tujuan evaluasi kurikulum.
Dalam konteks evaluasi program pembelajaran mandiri berbasis CIPP, penilaian ini membahas pemahaman komprehensif tentang lingkungan pendidikan yang mempengaruhi implementasi program. Ketika mengevaluasi suatu program, sangat penting untuk memahami konteks keseluruhan yang menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi implementasi dan keberhasilan program Merdeka Belajar. Tujuan penilaian situasional ini untuk menilai tujuan dan prioritas yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan kelompok sasaran peserta didik. Penilaian dilakukan melalui analisis kegiatan ekstrakurikuler, hasil pembelajaran, dan materi pembelajaran suatu satuan pendidikan, apapun kurikulumnya. Tujuan evaluasi masukan adalah untuk menilai mutu kesesuaian, dan kesesuaian komponen-komponen tersebut dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. Evaluasi ini dilakukan dengan mengukur tingkat kesiapan sekolah, kondisi sarana prasarana, kapasitas pemangku kepentingan staf, serta daya tanggap siswa terhadap pembelajaran mandiri kurikulum. Menurut RR Sutaris (2022), kajian penelitian kelayakan ini menemukan bahwa sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program.
Tujuan evaluasi program adalah untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan program dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan dan apakah siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada tahap evaluasi produk:
- Kinerja siswa
- Keterampilan dan kompetensi siswa
- Pengembangan potensi siswa
- Relevansi dengan kehidupan nyata, dan
- Keberlanjutan pembelajaran
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur kriteria yang berkaitan dengan aspek produk telah terpenuhi sepenuhnya namun ada beberapa kriteria yang masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena proses penilaian cenderung tidak komprehensif dan berkesinambungan sehingga mengharuskan praktisi melakukan refleksi pembelajaran dan meneliti penguasaan keterampilan siswa. Sebaliknya, karena guru tidak memperkuat pembelajaran alternatif di kelas, mereka mungkin tidak memahami kebutuhan belajar peserta didik, sehingga dapat mengakibatkan kesenjangan pembelajaran (Margaret, 2017).
Menurut para ahli yang menjelaskan, tujuan utama pendekatan CIPP adalah perbaikan bukan pembuktian. Ada berbagai tantangan terkait metodologi penilaian CIPP ke dalam kurikulum Mandiri yang harus diperhitungkan. Potensi hambatan penerapan Kurikulum Merdeka yang pertama terjadi dan mencakup perbaikannya ialah kurangnya kesadaran dan pemahaman semua pihak yang terlibat, termasuk orang tua, guru, dan sekolah. Mereka dapat memperoleh manfaat dari lebih banyak informasi dan pelatihan mengenai Kurikulum Merdeka untuk mengatasi kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan hal tersebut. Meningkatkan kesadaran akan prinsip, tujuan, dan manfaat Kurikulum Merdeka melalui penjangkauan yang luas dapat mengurangi penolakan dan meningkatkan penerimaan terhadap program tersebut. Potensi hambatan kedua ada kendala sumber daya. Masalah ini dapat diatasi dengan meningkatkan alokasi dana untuk pendidikan daan menyediakan sumber daya yang memadai, termasuk teknologi, buku, dan pelatihan guru. Pemerintah bisa mencari sponsor dan mitra untuk menyumbang lebih banyak dana. Potensi hambatan ketiga ada tantangan dalam menyusun kurikulum: sekolah, guru, dan ahli dalam bidang pendidikan perlu bekerjasama untuk mengatasi masalah saat membuat kurikulum. Agar guru lebih paham dan mahir dalam menjalankan Kurikulum Merdeka, dapat ditingkatkan dalam memberikan panduan dan contoh kurikulum yang bagus, serta pelatihan supaya mereka lebih bisa membuat kurikulum yang menarik dan beragam. Dan tantangan yang sangat penting untuk menerapkan keberhasilan Kurikulum Merdeka ialah dukungan dan koordinasi antara Pemerintah sebagai koordinator antara lembaga pendidikan, infrastruktur, orang tua, dan siswa dalam menawarkan bantuan dan struktur kerja yang jelas. Partisipasi aktif semua pihak yang terlibat dalam proses implementasi akan mendorong keberhasilan dan sinergi kurikulum (Wiryatmo, 2023).
Ada beberapa hambatan yang terjadi mengenai kesulitan yang ditemui dalam penilaian model CIPP dalam Kurikulum Merdeka, seperti pendidik diharuskan menerapkan banyak strategi pengajaran yang menarik dan beragam, partisipatif, serta menyenangkan di dalam kelas. Beberapa pendidik masih kesulitan karena keterbatasan waktu dan kurangnya pengetahuan teknologi, dan contoh lain banyak beberapa sekolah yang belum memenuhi sumber daya digital seperti komputer atau laptop, dan proyektor televisi untuk mendukung proses pembelajaran. Alat-alat ini penting agar guru dan siswa bisa lebih mudah mengakses informasi, mengikuti pelajaran secara interaktif dan seksama, sehingga pembelajaran lebih menarik dan efektif. (Suparji dan Satria 2023).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang harus fokus pada peningkatan kualitas peserta didik. Sekolah tidak boleh lengah dan lebih fokus pada kepentingan institusi yang belum tentu terikat pada kebutuhan peserta didik. Beberapa kesalahan dalam menentukan arah tidak mesti terjadi di lingkungan sekolah tetapi lingkungan rumah juga, karena orang tua terutama seorang ibu menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya di rumah. Orang tua menyekolahkan anaknya dengan tujuan untuk meningkatkan kualifikasi dan gelar yang diraih anaknya, sekaligus berusaha menanamkan nila-nilai kebaikan pada diri anaknya. Jika orang tua memberikan contoh dan menujukkan sikap yang tidak seharusnya di depan anak, kemungkinan besar anak-anak akan meniru hal tersebut. Persoalan ini menjadi tantangan internal yang mendasar dalam lingkungan pendidikan.
Bidang pendidikan sangat memprioritaskan evaluasi kurikulum. Tanpa penilaian, kita tidak akan tahu keberhasilan dan kegagalan pengembangan dan penerapan kurikulum. Dalam Kurikulum Merdeka, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan akhlak spiritual, akhlak mulia, pengetahuan konsep dasar agama, kreativitas, kemandirian, menerapkan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari, dan berpkir kritis. Peningkatan kompetensi guru harus dilakukan secara berkala agar dapat menyajikan materi secara menarik, inovatif, dan modern sehingga menginspirasi siswa untuk belajar giat.
Dengan begitu, evaluasi kurikulum sangat penting agar kita tahu apa yang sudah bagus dan apa yang perlu dibenahi. Dengan Kurikulum Merdeka, tujuan pendidikan tidak mesti soal pengetahuan aja, tetapi pembentukan karakter dan kemampuan peserta didik agar siap menghadapi kehidupan kedepannya, dan guru perlu terus belajar dan berkembang agar belajar mengajar di sekolah lebih dirasa menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI