Akhir tahun lalu, Starvision merilis sebuah film berjudul "Cinta dalam Ikhlas" yang merupakan drama religi adaptasi dari buku Abay Adhitya dengan judul yang sama. Film ini disutradarai oleh Fajar Bustomi, dengan pemeran utama Abun Sungkar sebagai Athar dan Adhisty Zara sebagai Aurora atau Ara. Film ini memiliki premis yang sangat sederhana, yaitu tentang kedua manusia yang sama-sama menanti waktu yang tepat untuk bisa berjodoh.
Diceritakan, Athar adalah anak band dan agak "amburadul" di sekolahnya. Rambut gondrong, sering telat masuk kelas, dan jarang mengerjakan tugas. Tetapi, kehadiran Ara membuatnya berubah 180 derajat sehingga menjadi laki-laki sholeh.
Jujur, saya kurang suka dengan perubahan Athar yang terlalu cepat dalam film ini. Bagaimana bisa seorang anak SMA yang awalnya bandel, menjadi sangat sholeh hanya dalam beberapa adegan karena ia menyukai seorang perempuan? Apalagi, Athar juga diceritakan langsung menjadi ketua rohis di sekolahnya. Bisa dibilang, tidak realistis. Alur cerita seperti ini ibarat ftv di mana tokoh utama bisa langsung menjadi baik dalam sekejap.
Jika memang berniat menunjukkan Athar yang berubah menjadi sholeh, ada baiknya tunjukkan secara sedikit demi sedikit. Atau mungkin, Athar bisa diceritakan benar-benar berubah justru setelah masuk dunia perkuliahan.
Rasanya akan lebih masuk akal ketika seseorang berubah secara bertahap dalam beberapa tahun. Bukan seperti yang ditunjukkan dalam tokoh Athar, yang bisa berubah drastis dalam beberapa adegan. Mungkin bisa diibaratkan, perubahan Athar terjadi dalam beberapa bulan karena ia sudah berubah sebelum kelas 2 SMA di mana ia terpilih menjadi ketua rohis.
Namun dari sisi pesan, sebenarnya film "Cinta dalam Ikhas" memang menyimpan pesan moral untuk penontonnya. Salah satunya yang paling menonjol yaitu berbakti kepada orang tua, sebagaimana Athar yang memberikan uang yang didapatkannya dari hasil bekerja untuk ibunya.
Selain itu, film ini juga mengajarkan para anak muda untuk mengutamakan pendidikan dan menggapai cita-citanya dibanding tergesa-gesa menikah di usia muda, sebagaimana Athar dan Ara yang memilih untuk menyelesaikan pendidikannya terlebih dulu. Bahkan, bagi para perempuan yang confess duluan dengan seorang laki-laki dan berniat menikah, bisa juga meniru Tari ketika mengajak Athar untuk taaruf.
Terlepas dari itu semua, saya masih merekomendasikanmu untuk menonton film ini sebagai hiburan sekaligus mengetahui pesan mendalam tentang bagaimana cara memperjuangkan cinta tanpa berlebihan, dan tetap melibatkan Allah Swt. dalam setiap keputusan. Saat ini, film "Cinta dalam Ikhas" bisa kamu tonton di Netflix dengan judul dalam bahasa Inggris "Pure Love".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI