Mohon tunggu...
Habel NainSamongilailai
Habel NainSamongilailai Mohon Tunggu... Mahasiswa S1

Artikel

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Waktu Adalah Ilusi, Apa Nyata?

28 Juli 2025   13:17 Diperbarui: 28 Juli 2025   13:17 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: kesadaran akan waktu yang panjang (Sumber Ai)

Pernahkah kau merasa waktu berjalan terlalu cepat saat bahagia, dan begitu lambat saat sedih? Seolah-olah waktu bukan milik kita, tapi permainan yang mengatur emosi. Jika begitu, mungkinkah waktu hanyalah ilusi? Dan jika waktu ilusi, lalu apa yang benar-benar nyata?

Bayangkan hidup tanpa jam, kalender, atau detik yang berdetak. Tidak ada "besok", tidak ada "kemarin" hanya sekarang. 

Dalam dunia seperti itu, waktu bukan lagi penguasa, melainkan bayangan yang ditarik oleh pikiran manusia. Banyak ilmuwan dan filsuf percaya bahwa waktu bukanlah entitas objektif, melainkan konstruksi mental yang kita ciptakan untuk memahami perubahan. 

Kita tidak pernah benar-benar hidup di masa lalu atau masa depan. Kita hanya mengingat dan membayangkan. Maka, waktu mungkin hanyalah narasi yang kita bangun agar hidup terasa teratur.

Albert Einstein pernah berkata, "Perbedaan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan hanyalah ilusi yang keras kepala." Dalam teori relativitasnya, waktu bersifat lentur. Ia bisa melambat atau memanjang tergantung pada kecepatan dan gravitasi. 

Ini berarti waktu tidak absolut. Maka pertanyaannya: jika waktu bisa berubah tergantung dari sudut pandang, apakah ia sungguh nyata? Lalu, apa yang bisa disebut sebagai nyata?

Jawabannya mungkin mengejutkan: kesadaran. Kesadaran adalah satu-satunya hal yang kita alami secara langsung, tanpa perantara. Rasa sakit, cinta, ketakutan, harapan semua terjadi dalam kesadaran kita. Bahkan persepsi akan waktu pun terjadi di sana. 

Kesadaran tidak menunggu jam berdetak untuk tahu bahwa ia ada. Ia hadir, diam, menyaksikan. Dalam keheningan itu, mungkin kita menemukan kenyataan sejati: bukan di menit-menit yang berlalu, tapi dalam hadirnya diri sepenuhnya.

Jika waktu adalah ilusi, maka nyatanya bukan "nanti", tapi sekarang. Kita sibuk mengejar hari esok, menyesali masa lalu, tapi melupakan momen ini satu-satunya yang benar-benar kita miliki. 

Yang nyata bukan jam di dinding, tapi detak jantungmu saat mencintai. Bukan kalender yang berganti, tapi mata yang basah karena haru. Nyata adalah pengalaman. Nyata adalah kesadaran. Nyata adalah hadir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun