Indonesia adalah negara yang terletak di jalur gempa. Hal inti tak lepas dari posisi Indonesia yang merupakan pertemuan 3 lempeng tektonik yakni ; Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Daerah- daerah pertemuan lempeng lempeng tersebut berpotensi untuk menghasilkan gempa.
Untuk itu mau tidak mau kita harus hidup dan bersahabat dengan gempa. Teknologi dan Kecanggihan Manusia sampai saat ini tidak bisa memperkirakan dengan pasti kapan gempa akan berlangsung. Dan juga belum ada juga teknologi bangunan yang 100 persen tahan terhadap gempa.
Untuk itulah yang bisa di lakukan oleh umat manusia dalah berusaha meminimalkan terjadinya kerusakan bahkan korban jiwa apabila terjadi gempa.
Negara -- negara maju yang rawan gempa, contohnya Jepang. Sudah mempunyai sistem Manjemen gempa ini dan dipraktekkan dengan sangat baik. Walaupun sudah baikpun getap saja masih bisa terjadi korban jiwa. Itu menandakan bahwa gempa sangat susah diprediksi. Yang sudah baik saja masih begitu apalgi di kita yang masih berantakan.
Manejemen tentang Resiko Bencana Gempa harus diberikan kepada setiap masyarakat. Dan harus dimulai sejak dini. Cara yang paling efektif mengenalkannya adalah dengan memberikan edukasi di bangku -- bangku sekolah dimulai dari level pendidikan terendah yakni dari Taman Kanak kanak.
Anak -- anak di setiap level pendidikan diberikan edukasi sesuai dengan umur dan daya tangkap mereka. Pada intinya adalah bagaimana bersikap, bagaimana, bertindak, bagaimana supaya kalau terjadi gempa setiap individu sudah tahu apa yang harus mereka lakukan guna meminimalkan resiko korban jiwa.
Memang dibutuhkan koordinasi lintas sektoral untuk hal ini. Kementrian pendidikan sebagai ujung tombak termasuk guru-guru harus bisa memberikan pemahaman yang benar kepada anak muridnya. Bila perlu pelajaran tentang manajemen resko ini dimasukkan kedalam kurikulum sekolah. Sehingga terinterasi dengan pelajaran sekolah.
Mengapa lewat sekolah, karena saat ini. Lembaga yang mempunyai sistem dalam memberikan informasi terus -- menerus adalah sekolah. Dan setiap warga negara otomatis minimal telah mengenal bangku sekolah. DIharapkan lewat pelajaran di sekolah. Maka jangkaun edukasi mengenai Sistem Manajemen Gempa ini dapat semakin dimengerti.
Badan-badan pendukungg lainnya seperti BNPB, Badan SAR Nasional, BMKG, Dinas Pemadam, serta lainnya juga dituntut untuk aktif juga berperan di dalamnnya. Mereka ini bisa dilibatkan dalam simulasi langsung apabila terjadi gempa.
Simulasi ini harus dilakukan rutin dan periodik, semakin sering dilakukan dan bukan hanya teori saja. maka diharapkan akan semakin paham dan semakin mengerti arti penting manajemen resiko bencana.
Selain mengedukasi secara teori dan prakterk. Manajemen resiko gempa juga harus didukung oleh sarana dan prasana yang memadai. Selain pengadaan juga harus juga pemeliharaan harus di pantau.
Edukasi ini tentunya tidak hanya berhenti pada bangku sekolah, tapi juga harus diberikan kepada semua masyaakat. Para pemakai gedung gedung kantor, baik bangunan rendah dan tinggi. Harusnya sudah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menyelamatkan diri apabila terjadi gempa.
Dengan makin banyak terjadi gempa belakangan ini, pemerintah Indonesia harusnya sekarang sudah mulai bergerak untuk mengedukasi masyarakat. Tidak hanya bicara tentang himbauan, peringatan, pasang baliho besar-besar. Tetap sekarang harus lebih terstruktur, lebih termanajemen, dari tingkat pusat sampai tingkat paling rendah.
Bila perlu dan tidak perlu malu untuk mengadopsi atau belajar dari negara- negara maju lainnya yang telah lebih dulu mempunyai sistem manajemen yang lebih baik. Sehingga diharapkan kedepannya korban jiwa karena gempa, khususnya dikalangan anak -- anak dapat benar -- benar diminimalisir.
Salam