Bagi orangtua, memantau perkembangan dan tumbuh kembang anak balita sangat penting untuk mengetahui sampai mana pertumbuhan si kecil. Balita merupakan masa-masa dimana diperlukan pendekatan orang tua yang baik, lingkungan yang sehat dan asupan gizi yang seimbang untuk perkembangannya. Dalam masa Balita ini perkembangan dari motorik kasar, motorik halus, kemampuan kognitif dan lainnya sangat diperhatikan.
Dalam perkembangannya banyak dinamika serta tekanan bagi orangtua dalam mendidik anak balita. Terutama akibat pandemi Covid-19 terbukti menimbulkan banyak problematika seperti ekonomi yang terhambat membuat balita kekurangan gizi sempurna ataupun sibuknya orang tua membuat kurangnya waktu bersama balita.
Akibat dari hal-hal tersebut timbulah stres atau tekanan pada orangtua dalam mengurus balita. Kurangnya waktu untuk beristirahat, membuat tubuh kelelahan. Gangguan tidur dan kelelahan yang terjadi pada perempuan setelah memiliki anak merupakan stres fisik dan psikologis yang dapat meningkatkan stres pada ibu, seperti dikutip dalam Jurnal stres ibu dalam mengasuh anak ditulis oleh Dian Yunita Sari, dkk.
Dalam kasus ini kami melakukan wawancara dengan seorang ibu muda yang baru memiliki anak pertama berusia 2,5 tahun.
Ada beberapa dampak dalam merawat balita dalam sehari-hari,
“tentu dampak yang paling berasa adalah di waktu santai yang semakin sedikit. ketika harus bekerja sampai sore atau lembur juga kepikiran ini anak saya nanti sama siapa, sudah makan atau belum, rewel atau nggak. Itu sangat berdampak akhirnya tidak fokus 100%.
Kesulitan apa saja yang dihadapi oleh orangtua dalam merawat balita?
“Kesulitannnya, di usia anak saya saat ini dia mulai memiliki argumen. suami juga masih dalam masa produktif yang masih mengejar karir yang mana saya harus support baik secara dokumen, fisik, maupun mental.
Dibutuhkan strategi dalam menanganinya seperti,
mengorbankan waktu istirahat, kemudian curi-curi waktu untuk istirahat. Berdiskusi dengan orang-orang terdekat seperti orang tua, bulek, dan juga orang yg lebih paham agama agar bisa memilih mana yang lebih prioritas”
Putu Andani, psikolog dari TigaGenerasi mengatakan para ibu memiliki risiko yang tinggi terhadap masalah stres, parental burnout dan depresi. Masalah kesehatan mental kini pun dapat memberikan dampak yang buruk pada anak dan keluarga.