Sebetulnya ini adalah perjalanan yang tak terduga hanya karna rasa penasaran akan moda transportasi baru yang terkenal murah dan terintegrasi maka saat itu kami putuskan untuk menapakkan jejak kami di kota gresik, dengan menumpangi bus transjatim kami cukup membayar 5000 rupiah saja dari kediaman di Sidoarjo hingga kota tujuan yaitu Gresik
        tidak banyak tujuan yang kami persiapkan saat itu karena ini adalah perjalanan pertama kami menapaki kota Gresik, sejenak mencermati titik-titik wisata yang tersedia dalam gawai kamipun memutuskan untuk mendatangi Kota tua Gresik yang tentunya tak jauh dari alun-alun Kota Gresik, kami mengakhiri perjalanan dengan bus transjatim di halte kartini lalu memesan taksi online untuk sampai ke pusat kota, disepanjang perjalanan kami disuguhi oleh pemandangan bangunan-bangunan tua yang berdiri disepanjang jalan ini. meskipun terkenal dengan kota industri yang penuh dengan polusi saat itu cuaca sedang bersahabat dengan kami, awan beriringan memayungi kami sepanjang perjalanan kami
        Kunjungan pertama kami memasuki makam dari salah satu walisongo yaitu Maulana Malik Ibrahim yang terletak di jl malik Ibrahim Gapurosukolilo, berhubung saat itu area ziarah dipenuhi oleh peziarah dari luar kota maka kami sedikit menepi memasuki area makam Pusponegoro yang berada searea dengan makam Maulana Malik Ibrahim, didalam area tersebut kami dibuat terpukau akan kecantikan nisan yang dipahat dengan sangat rapi dan detail tersebut. ada beberapa area makam yang mungkin masih keturunan atau keluarga dari Pusponegoro
        Kami tak terlalu lama berada didalam area makam pusponegoro karena matahari sudah mulai meninggi, kami juga dikejar waktu karena hanya sehari saja berada di kota ini, tak lupa di luar pagar makam kami mencicipi jajanan yang menjamur di kota ini yaitu pentol, kudapan yang terbuat dari campuran daging dan tepung ini sangat mudah dijumpai di wilayah ini, dengan siraman saus kacang rasanya tidak cukup jika hanya membeli sedikit.
        Perjalanan berlanjut menyusuri jalan Malik Ibrahim, di kiri dan kanan terdapat banyak sekali bangunan peninggalan era kolonial yang masih berdiri hingga saat ini, dan mayoritas dihuni oleh etnis arab, kami sempat masuk ke beberapa gang yang cukup banyak rumah tua berlantai dua yan gmasih berdiri dan dihuni hingga saat ini, dan ada pula yang sudah berubah menjadi warung kopi dan pertokoan