Dalam hati, saya menahan tawa. Amplop itu sebenarnya bukan untuk saya. Beliau melainkan titip untuk buwuh mantenan. Namun, melihat reaksi teman-teman yang begitu seru, saya memutuskan untuk tidak langsung membocorkan kebenarannya.
Setelah suasana kembali tenang, saya akhirnya menjelaskan. "Amplop ini sebenarnya titipan dari Pak Kepala Sekolah untuk buwuh mantenan. Saya cuma diminta menyampaikan. Jadi, jangan salah sangka, ya," ujarku sambil tertawa.
Mendengar itu, teman-teman di ruang guru langsung tertawa terbahak-bahak. "Aduh, Bu. Ternyata amplopnya cuma titipan. Tapi tadi kami benar-benar penasaran, lho!" kata Bu Suryani sambil mengusap perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.
"Ya sudah. Walaupun cuma titipan, tetap saja Ibu spesial. Belum tentu semua guru diminta tolong seperti itu," tambah Bu Widya.
Saya hanya mengangguk sambil tersenyum. "Iya, iya. Tetap saja, tugas seperti ini adalah amanah. Jangan sampai salah menyampaikan," jawabku dengan nada bercanda.
Meskipun sederhana, kali ini memberikan pelajaran berharga bagi saya. Dalam setiap amanah, sekecil apapun, selalu ada tanggung jawab. Â Amanah harus dijalankan dengan baik. Amplop kecil yang sempat mengundang kehebohan ternyata membawa kebahagiaan tersendiri bagi saya dan rekan-rekan di ruang guru.
Kisah ini akan selalu saya kenang sebagai momen lucu namun penuh makna. Kisah di tengah kesibukan sebagai seorang guru. Mungkin, inilah salah satu keindahan profesi guru setiap hari selalu ada cerita baru yang bisa dikenang.
Kedungtuban, 21 Desember 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI