Mohon tunggu...
Gusty RestuPangesti
Gusty RestuPangesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, saya Gusty Restu Pangesti. Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Sosial tentang Citayam Fashion Week

10 Agustus 2022   12:51 Diperbarui: 10 Agustus 2022   13:04 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak Sosial Tren Citayam Fashion Week

Beberapa waktu belakangan publik Indonesia dihebohkan munculya Citayam Fashion Week. Ini merrupakan fenomena para remaja berpakaian nyentrik yang memadati kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat.

'Citayam Fashion Week' yang digelar sekumpulan anak-anak Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok (SCBD) hampir menyedot atensi publik. Pemprov DKI menyambut positif ajang kreativitas ini meski menghimbau untuk tetap patuh mengikuti aturan. Sebagian lainnya menilai bahwa aksi para remaja ini mengganggu dan membuat kumuh kawasan Sudirman.

Selain perkembangan tren fashion, tren ini juga mempengaruhi perkembangan pada media sosial terutama pada TikTok. Para remaja di Citayam Fashion Week ini memanfaatkan medsos untuk menjadi terkenal dan mendapatkan uang. Kreativitas para remaja sebagai content creator di medsos juga meningkat. Selain itu, keberadaan remaja ini juga meningkatkan penghasilan para pedagang kaki lima (PKL) yang berada di sekitar jalan Jendral Sudirman.

Namun, banyak sekali dampak positif dan negatif dari tren ini. Dampak positifnya yaitu para remaja menjadi lebih bisa memahami kehidupan sosial, bisa berinteraksi dengan banyak orang. Selain dampak positif, ada juga dampak negatifnya yaitu membuang sampah sembarangan dan pada tren ini juga banyak remaja yang berpakaian terlalu terbuka. Untuk mengurangi dampak negatif itu, sebaiknya mengadakan menjalin kerja sama dengan multi pihak untuk mengudukasi, mengarahkan, dan mendampingi para remaja. Agar komunitas tetap berlangsung dan meminimalisir dampak negatif.

Banyak juga remaja-remaja dibawah umur pada tren ini yang putus sekolah dan memilih untuk berdagang ataupun menghabiskan waktunya hanya untuk nongkrong-nongkrong pada pergaulan yang tidak jelas. Sebaiknya ada pihak yang dapat mengedukasi mereka tentang pentingnya pendidikan. 

Adapun budaya konsumerisme, yakni ketika remaja-remaja yang terlibat menghabiskan lebih banyak uang untuk berpenampilan daripada untuk hal lain yang lebih produktif. Misalnya untuk pendidikan mereka, apalagi jika mereka sampai harus berhutang atau mengajukan kredit agar bisa berpenampilan seperti yang mereka inginkan. Semoga dampak-dampak tersebut bisa untuk pelajaran kita semua dan bisa mengajarkan bahwa pendidikan itu sangat penting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun