Mohon tunggu...
Pendidikan

Peduli pada Penggunaan Gawai

8 April 2019   20:55 Diperbarui: 8 April 2019   21:16 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kemajuan teknologi sekarang ini sudah sangat pesat dan canggih. Teknologi yang diciptakan telah memberikan perubahan yang amat besar dampaknya di berbagai bidang, salah satu jenis produknya yaitu gawai. Dengan segala fasilitas yang diperoleh , tidak dipungkiri lagi bahwa degan benda ini kita dapat memperoleh  kemudahan dan kenyamanan pada  kehidupan sehari-hari.

 Sekarang ini penggunaan gawai tidak hanya diperuntukkan kepada para pekerja atau karyawan tetapi dengan mudah kita bisa melihat bahwa penggunaannya telah sampai ketangan anak-anak, bahkan balita. Sebagian dari orang tua menganggap bahwa pemberian barang tersebut tidak akan memberikan dampak buruk bagi buah hatinya.

 Dewasa ini sangat mudah untuk kita menjumpai pemanfaatan gawai khususnya smartphone dijadikan sebagai jalan pintas bagi sebagian orang tua dalam memberikan pengawasan bagi anaknya dengan segala fitur dan aplikasi yang ada untuk menemani sang anak agar orang tua dapat dengan tenang menjalani perkerjaan tanpa harus merasa khawatir sang anak akan keluar rumah bermain permainan yang berbahaya, kotor-kotoran, atau membuat berantakan rumah yang akhirnya mengganggu aktifitas orang tua.

Perkembangan anak pada usia satu sampai lima tahun adalah masa yang sensitif dalam perkembangan kecerdasan sadar anak, tidak hanya itu intelektual, emosi dan bahkan spiritualnya mengalami perkembangan yang luar biasa, sehingga pada masa inilah bisa disebut sebagai masa penentuan awal dalam perkembangan si anak kedepannya.

Oleh karena itu pentingnya pemahaman orang tua dalam pemberian dan pemakaian gawai perlu ditingkatkan, dengan pemahaman yang benar maka hal-hal yang bersifat negatif dapat dihindari.

Alih-alih memberikan ketenangan kepada sang anak dan kepada orang tua itu sendiri, pemakaian yang bebas dari gawai tersebut hanya akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak buka tidak ada lagi batasan-batasan yang diberikan. Dengan kata lain, "ketenangan"disini bersifat sementara. 

Berkaca pada zaman milenial ini, betapa ironinya pola kehidupan orang-orang dalam keterikatannya kepada benda tak bernyawa ini. Jika ditanya "sudahkah memeriksa email yang ku kirim?" Maka dengan mudahnya ia akan menjawab "ya" atau "Ohh belum, nanti akan aku cek" kemudian jika ditanya "sudahkah kamu membaca Kitab suci (Al-Qur'an)" maka yang terdengar adalah kecanggungan dari orang yang telah ditanya dengan wajah yang menampakan rasa malu.

Sebagian orang merasa hidupnya menjadi kurang sempurna jika ia tidak membawa gawainya dalam kegiatan beraktifitas. Bahkan didalam tempat peribadatan seperti mesjid, mereka masih saja menggunakan atau beraktifitas online di smartphone nya. Seakan-akan ibadahnya bukan untuk berfokus pada penghambaannya terhadap sang pencinta, namun hanya sebagai pelepas kewajiban beragama saja. Kumandang adzan yang menyeru-nyeru dianggap sebagai pelengkap keramaian saja, dimana ia hanya terfokus pada layar kecil perusak ketauhidan (kepercayaan). 

Teknologi yang ada sebetulnya tidak dapat dikatakan sebagai sebab dan akibat sesuatu, tidak bisa dikatakan baik dan buruk. Baik dan buruknya teknologi itu tergantung bagaimana orang tersebut menggunakannya, seperti nuklir yang dapat membumihanguskan daerah tertentu, atau bahkan menjadi sebuah sumber daya energi dalam kehidupan manusia. Atau seperti penulis yang menggunakan kecanggihan yang ada untuk menuangkan opininya dalam  smartphone lama nya. 

Oleh karna teknologi semakin memudahkan kita akan berbagai macam hal, bukan berarti kita harus terikat kepadanya. Agama yang seharusnya dijalankan oleh seorang hamba seharusnya tidak boleh di nomor sekiankan dari kehidupan sehari-hari. Namun dengan adanya teknologi, maka kita dapat menggunakannya dengan hal-hal yang bersifat positif, sebagai ajang untuk saling mengingatkan, atau bahkan menghubungkan kita kepada saudara kita sebangsa dan setanah air.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun