Mohon tunggu...
Gusti Aralist
Gusti Aralist Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gemoy: Kampanye Prabowo-Gibran Membawa Pemilu Indonesia ke Dunia Baru

17 Desember 2023   21:14 Diperbarui: 17 Desember 2023   23:33 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, tidak jelas apakah taktik kampanye "gemoy" akan meningkatkan elektabilitas Prabowo-Gibran. Sangat penting untuk dicatat bahwa sinkronisasi demokrasi dengan globalisasi adalah inti dari rencana kampanye Prabowo-Gibran. Konsep kontemporer membedakan semua orang dan disebut sebagai calon presiden Prabowo Subianto. Apakah Prabowo akan menang dalam pemilihan 2024, yang akan menjadi pencalonannya yang ketiga?

Baliho "gemoy" adalah fenomena lain yang dilakukan oleh warga negara, selain meningkatkan elektabilitas. Saat Prabowo Subianto turun ke tengah masyarakat, dia pernah dicubit oleh ibu-ibu atau emak-emak. Dia mengatakan bahwa itu adalah akibat dari fenomena "gemoy", tetapi itu dianggap menyenangkan.Dalam Konsolidasi Tim Pemenangan Prabowo-Gibran, Prabowo menyatakan, "Emak-emak itu kalau sudah pegang tidak mau dilepas, apalagi sekarang ada fenomena gemoy-gemoy, ada emak-emak yang cubit pipi saya, sakit lagi." di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor pada Minggu (10/12), seperti dikutip Antara.

Namun, patut untuk dipertanyakan mengapa Prabowo mengakui peristiwa tersebut menyenangkan.

"Inilah demokrasi, rakyat ingin menyentuh pemimpin-pemimpinnya, saya merasa bahagia, saya tidak merasa tua kalau di tengah rakyat," ungkap Prabowo.

"Emangnya apa yang salah dengan dengan joget? Apa yang salah dengan gembira? Boleh tidak masyarakat hidup gembira? Boleh tidak masyarakat makin sejahtera? Boleh tidak masyarakat makin bahagia" ungkap Gibran

"Gemoy" Adalah Merupakan Usulan Strategi dari Prabowo?


Seiring dengan tanggapan Prabowo, kampanye pemilu di Indonesia seolah memperoleh citra yang berbeda. Alih-alih menunjukkan kekuatan dan ketegasan seperti dua calon presiden sebelumnya, Prabowo justru dihebohkan dengan label "gemoy" menjelang 2024. Perubahan citra Prabowo sangat penting karena, selain menggunakan label "gemoy", dia juga bertingkah laku seperti gemoy saat menanggapi Ibu-Ibu yang mencubitnya. Fakta ini dapat dianggap memiliki dampak pada demokrasi Indonesia karena dapat memicu pergeseran ideologi dari demokrasi ke ideologi lain. Bukan tentang kampanye yang dilakukan oleh setiap paslon oleh koalisi partainya, tetapi tentang pengaruh yang akan terjadi pada pemilu serentak tahun 2024.

Sebaliknya, Anggawira, Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Prabowo-Gibran, mengakui bahwa fenomena "gemoy" merupakan bagian dari upaya kreatif Prabowo-Gibran untuk mengembangkan kampanye yang santun dan positif. Dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (24/11/2023), Anggawira menyatakan, "Kita sering diserang, difitnah sesuai arahan Pak Prabowo-Gibran, kita senyumin aja dan tetap tenang bekerja hadirkan program terbaik untuk masyarakat."

Orang pertama yang dapat melacak keberhasilan strategi kampanye "gemoy" ini adalah elektabilitas Prabowo-Gibran. Tidak mudah untuk menjadikan konsep "gemoy" sebagai pilar utama kampanye Koalisi Indonesia Maju karena ini adalah pemilihan presiden ketiga Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun