Mohon tunggu...
Gusti AyuBulan
Gusti AyuBulan Mohon Tunggu... Lainnya - STAHN MPU KUTURAN SINGARAJA

Singaraja, Kabupaten Buleleng

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Museum Gedong Kirtya dalam Meningkatkan Daya Tarik Pengunjung

29 Juli 2022   19:06 Diperbarui: 29 Juli 2022   19:35 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI, "Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga tempat menyimpan barang kuno". 

Pemanfaatan museum bagi masyarakat masih kurang, kemungkinan dikarenakan pemahaman masyarakat tentang Museum sendiri masih kurang. Pemahaman masyarakat tentang Museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno dan menyeramkan, mungkin menjadi suatu alasan kurangnya apresiasi masyarakat terhadap fungsi Museum. Ketika ditelaah lebih dalam, maka museum cukup signifikan dalam pengembangan wawasan dan pengetahuan. 

Di Bali terdapat sebuah museum yang bernama Museum Gedong Kirtya yang merupakan Museum khusus yang di dalamnya terdapat koleksi lontar. Berbicara  tentang Gedong Kirtya tak lepas dari jasa dua orang Belanda yakni: F.A Lieffrinck dan Dr. Van Der Tuuk yang telah mempelopori penelitian kebudayaan, adat istiadat dan bahasa di Bali. 

Ketertarikan mempelajari budaya Bali dan Lombok ini akhirnya ditindaklanjuti oleh L.J.J Caron, Dr. Purbacaraka, Dr. Wr. Stuterheim, Dr. R. Goris, Dr. Th Pigeand, Dr. C. Hooykaas dengan membuat pertemuan di Kintamani, dari hasil pertemuan lahirlah sebuah yayasan (Stiching) yang menitik beratkan kegiatan untuk penyimpanan lontar dimana kegiatan ini di bantu oleh para Pinandita dan Raja-raja se-Bali. Yayasan ini didirikan pada tanggal 2 Juni 1928, dinamakan Stiching Liefrinck Van Der Tuuk, tetapi atas saran Raja Buleleng I Gusti Putu Jelantik, gedung ini ditambah dengan Bahasa Sansekerta-Bali yakni Kirtya, sehingga menjadi Kirtya Liefrinck Van Der Tuuk dan mulai di buka secara umum pada tanggal 14 sepetember 1928 atau 1850 caka sesuai yang diperlihatkan pada monograf atau candra sangkala yang ada pada pintu masuk (paduraksa). 

Paduraksa, yakni gambar manusia yang menaiki gajah dengan busur panah ditanganya, kemudian membunuh musuhnya dan orang yang kena panah itupun mati. Nilai yang terkandung dari masing-masing gamabar sebagai berikut: Manusia (1), Gajah (8), Panah (5), dan orang mati (0) jadi kalua dibaca tahun isakanya adalah saka 1850.Jumlah Salinan berjumlah 5200, buku perpustakaan 3500, judul yang berbahasa asing, dan koleksi lontar di Gedong Kirtya berjumlah, 2022 cakep. `Disusun menjadi tujuh klasifikasi diantaranya Weda terdiri dari Weda, Mantra dan Kalpasastra. Agama terdiri dari Palakerta, Sasana dan NitiSastra, Wariga terdiri dariWariga, Tutur, Kandadan Usada, Ithihasa terdiri dari Parwa, Kakawin, Kidung, danGaguritanBabad terdiri dari Pamancanan, Riwayat runtuhnya kerajaan-kerajaan dan Gaguritan.Tantri terdiri dari tantri, satwa dan surat pangeling-eling Lalampahan.

Sebagai implementasi dari Visi Misi Gedong Kirtya yakni menumbuhkembangkan minat masyarakat dalam mempelajari sastra serta menjadikan Gedong Kirtya sebagai tempat rekreasi pendidikan yang menyenangkan maka telah dilakukan beberapa kegiatan yakni Lomba Bulan Bahasa Bali dimana kegiatan ini diperingati setiap bulan Februari yang diikuti oleh siswa/siswa tingkat SD,SMP,SMA/SMK, Truna-Truni, Ibu PKK, Bendesa Adat serta masyarakat umum, Inventarisasi Lontar kegiatan ini dilakukan untuk mendata keberadaan lontar dimasyarakat serta untuk melakukan sosialisasi cara perawatan lontar, Belajar Bersama di museum seperti yang sudah dilaksanakan kegiatan ini diikuti oleh siswa/siswi tingkat SMP yang ada di Kabupaten Buleleng, Sosialisasi tentang Museum Gedong Kirtya yang dilakukan ke Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Buleleng, Pameran merupakan salah satu bentuk penyajian informasi koleksi museum yang direncanakan dan diatur agar dapat dipahami pengunjung serta sebagai sarana belajar informal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun