Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Palembang yang Membingungkan

9 November 2011   08:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:53 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

[caption id="attachment_142623" align="aligncenter" width="600" caption="Jakabaring Palembang (ilust skyscrapercity.com)"][/caption]

Kemarin saya menghadiri acara pisah sambut Kepala Rumah Sakit ‘dr AK Gani’ Palembang. Dalam sambutan kesan dan pesan kepala rumah sakit yang lama, saya mendapatkan hal yang menarik. Beliau bertutur tentang pengalaman yang unik dengan bahasa Palembang pada saat baru pertama kali menjejakkan kaki di bumi Sriwijaya. Bahasa Palembang memang sangat mirip dengan bahasa Melayu, tetapi sekaligus mempunyai keunikan yang bisa membuat bingung pendatang baru.

Pada waktu baru beberapa hari beliau bertugas di rumah sakit tentara ini, ada seorang pasien yang harus menjalani operasi segera. Sebagai dokter baru, maka beliau pun bertanya kepada suster kepala, dokter siapa yang biasa menangani kasus kecelakaan ini. Maka dijawablah oleh sang suster : ”Dokter basing, dok.” Lama beliau mengingat-ingat yang mana dokter yang bernama Basing ini, tetapi dia tidak menemukan jawabannya. Ternyata dia ’teperdaya’ oleh bahasa Palembang, karena ’basing’ bukanlah nama orang, melainkan kata yang bermakna ’sembarang’. Jadi tatkala beliau bertanya dokter siapa yang biasa menangani pasien tersebut, maka jawaban perawat senior adalah : ’dokter sembarang’, yang artinya dokter yang mana saja bisa menangani pasien dan tidak ada dokter khusus. Jadi bagi Anda yang bukan ’Palembangers’ dan akan berwisata dalam rangka SEA Games ini, masukkan kata ’basing’ ini dalam kamus percakapan.

Biasanya jawaban ’basing’ ini diucapkan bilamana seseorang menawarkan dua pilihan, misalnya ’mau makan pempek atau tekwan?’. Kalau dijawab dengan ’basing’, berarti kita tidak mempunyai preference (keinginan khusus) dan yang mana pun oke saja. Tetapi hati-hatilah kalau kata ’basing’ ini didobel menjadi ’basing-basing’, karena maknanya menjadi sedikit negatif yaitu: ’sembarangan, ceroboh, atau sekehendak hati’.

Pengalaman menggelikan berinteraksi dengan bahasa Palembang rupanya belum berakhir. Pada kesempatan lain, beliau sebagai dokter baru ditanya oleh seorang perawat : ”Dok, budaknya ada berapa?”. Jawab beliau : ”Ah, saya tidak punya pembantu di rumah.” Lagi-lagi beliau ’kena batunya’ menangkap wacana bahasa Palembang ini, karena ’budak’ dalam bahasa Palembang bermakna ’anak’. Jadi, pertanyaan di atas bermakna : Dok, anaknya ada berapa? Jadi para wisatawan yang melawat ke Palembang, janganlah tersinggung kalau anak kecil Anda disebut dengan ’budak’. Juga kalau ada ibu yang baru melahirkan, janganlah tersinggung kalau ada yang bertanya : ’lanang atau tino?’ Kata ’lanang’ (laki) dan ’tino’ (betina/perempuan) biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari dan sama sekali tidak berkonotasi melecehkan (pejorative).

Sebagai wisatawan di kota pempek ini Anda tentu akan sering berbelanja makanan, buah-buahan khas, atau cinderamata. Harga yang dipatok pada umumnya bisa ditawar. Namun harap Anda waspada dengan istilah yang satu ini : ’tengah duo’. Kalau Anda akan membeli duku dan diberi harga ’tengah duo’, ini bermakna ’seribu lima ratus’ dan bukan ’dua ribu lima ratus’. Jadi istilah ’tengah duo’ ini bisa berarti ’seribu lima ratus, lima belas ribu, seratus lima puluh ribu dan sebagainya. Pernah ada pengalaman lucu seorang kolega yang menawar harga ’tengah duo’ ini dengan ’dua puluh ribu’ rupiah. Keruan saja langsung diberikan oleh si pedagangnya (deal), lha wong penawarannya malah lebih tinggi dari harga yang dipatok oleh si penjual.

Buat mereka yang akan datang menyaksikan pesta akbar SEA Games XXVI, kosakata yang tak boleh dilewatkan adalah : galak (maknanya ’suka’), lemak (maknanya ’enak’) dan katek (maknanya ’tidak ada’) Tapi kalau ada yang bilang idak katek maknanya juga ’tidak ada’. Bingung khan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun