Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Inggris yang Cuma Dipahami Orang Indonesia

31 Maret 2014   21:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kita barangkali sering menemui kalimat yang kurang lebih tertulis sebagai berikut: Sebagai seorang single fighter, ibu A berhasil menghantarkan kelima anaknya menjadi orang yang sukses. Kita semua memahami dengan baik istilah single fighter ini yaitu seorang ibu (kadang-kadang bapak) yang karena bercerai atau ditinggal mati pasangannya harus berjuang sendiri mencari nafkah dan membesarkan anak-anaknya. Namun apabila istilah single fighter ini kita lontarkan/utarakan pada native speaker­ kemungkinan besar dia akan mengernyitkan kening tanda tak paham. Apa pasal? Karena dalam diksi mereka, yang dipakai adalah single parent atau single mother.

Istilah fighter dalam wacana mereka biasanya merujuk pada (1) petarung terutama petinju profesional dan (2) pesawat tempur. Jadi kalau seorang janda disebut sebagai fighter tentu terasa aneh dan menggelikan di benak mereka, apalagi diberi embel-embel single, tentu bayangan mereka si janda ini seperti Rambo yang bertempur sendirian melawan musuh yang berlipat kali jumlahnya. Lantas dari mana kita “menciptakan” istilah single fighter ini? Kemungkinan istilah ini terilhami dari sebutan freedom fighter (pejuang kemerdekaan) yang lantang didengungkan pada masa revolusi kemerdekaan kita di seputar tahun 1945-1950.

Di bangku perguruan tinggi, bila menemui dosen yang streng dan “sadis”, kita sering menyebutnya sebagai dosen killer. Istilah ini pun tak pernah dipakai oleh native speaker. Satu-satunya kiasan yang ada dalam diksi bahasa Inggris adalah lady-killer yang maknanya adalah “pria yang lihai menaklukkan hati wanita” (a man who is irresistibly fascinating to women). Mungkin saja istilah “dosen killer” ini diinspirasi dari sebutan lady-killer tadi, tapi tentu saja aplikasinya tak tepat. Cobalah Anda katakan “he is a killer lecturer” pada seorang penutur asli dan dia pasti akan melongo kebingungan.

Bilamana kita mau mengungkapkan dalam kehidupan harus ada saling memberi dan menerima, biasanya kita ucapkan dalam bahasa Inggris dengan “take and give”. Idiom ini agak melenceng karena dalam diksi mereka disebutkan dengan “give and take”. Di sebuah suratkabar nasional beberapa waktu yang lalu, saya juga pernah membaca penulisan “morning coffee” yang merujuk pada “kumpul-kumpul/pertemuan sosial pada pagi hari dengan hidangan kopi panas”. Cara penulisan ini juga “keliru”, karena yang benar adalah “coffee morning”.

Ada dua istilah bahasa Inggris yang sempat saya catat, salah kaprah bukan pada ejaan atau diksinya, melainkan pada pelafalannya (pronunciation). Yang pertama adalah istilah “corned beef”. Orang Indonesia, 90 persen akan melafalkannya dengan “kornet bif”, padahal “corned” ini sama sekali tak pernah dilafalkan dengan “kornet” oleh native speaker. Dia dilafalkan dengan “korn” tanpa embel-embel “et”. Ada pengalaman yang nyata dan kocak waktu seorang Indonesia berkata pada native speaker di Kanada dengan “kornet bif” dan dia terheran-heran bertanya “What?” diulangi lagi “kornet bif” dan lagi-lagi dia bertanya “What?”. Salah paham ini akhirnya terselesaikan, setelah penutur Indonesia ini menyadari kesalahan lafal yang sudah dipeliharanya selama ini.

Salah kaprah pelafalan yang satu lainnya adalah istilah “lump sum” yang biasa diucapkan oleh lidah Orang Indonesia dengan “lumsum”, padahal pronunciation yang benar adalah “lampsam”. Istilah ini barangkali dianggap sebagai kata Belanda sehingga dibaca dengan “lumsum”. Pengertiannya adalah “sejumlah uang dalam jumlah relatif besar yang dibayarkan sekali gus, jadi bukan dibayarkan secara mencicil”. Istilah ini di negeri kita biasanya dipakai untuk merujuk kepada “uang perjalanan dinas” (termasuk uang transportasi, uang akomodasi). Ya, selama istilah Inggris ini kita ucapkan kepada sesama orang Indonesia memang “aman-aman” saja, tapi menjadi runyam dan bikin merah kuping kalau kita cetuskan pada native speaker.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun