Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Aki Saya Sudah Soak

6 Januari 2012   08:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:15 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13258399471196619895

[caption id="attachment_154205" align="aligncenter" width="605" caption="(ilust dutch.berkeley.edu)"][/caption]

Kalimat di atas bilamana dinyatakan secara lisan tentu dengan mudah akan dipahami. Namun tidak sedemikian gamblangnya apabila dia dinyatakan secara tulisan, karena di situ ada dua kata warisan dari bahasa Belanda yang tidak lulus fit and proper test untuk diserap dalam kosakata baku Indonesia. Alhasil, kata-kata ini masih terus dan tetap hidup dalam wacana lisan (oral), tetapi hampir tak pernah dipakai dalam wacana tulisan. ‘Aki’ mengacu pada kata Belanda accu (sebagai kependekan dari accumulator) dan ‘soak’ mengacu pada kata Belanda zwak (yang bermakna ‘lemah’).

Dalam percakapan sehari-hari, sering kita mendengar ungkapan ‘badannya sudah soak’, ‘batere HP-ku sudah soak’ dan sebagainya. Terasa memang lebih afdal daripada mengatakan ‘badannya sudah lemah’ atau ‘batere HP-ku sudah lemah’. Jalan yang diberi rambu lalulintas ‘dilarang masuk’ lebih akrab kita sebut dengan ‘perboden’. Istilah ini menyerap dari kata Belanda verboden.

Istilah-istilah yang banyak dipakai di ranah militer dan kepolisian juga masih banyak yang masih awet dipakai dalam wacana lisan. Kendaraan kawal mobil presiden kita sebut dengan ‘voreder’ (dari kata Belanda voorrijder), ikat pinggang lebar pada baju loreng tentara kita sebut dengan ’kopel rim’ (dari koppelriem), alat teropong untuk melihat jauh kita sebut dengan ‘keker’ (dari kijker), lingkaran untuk sasaran tembak kita sebut dengan ‘sekip’ (dari kata schietbaan = lapangan tembak), tempat tidur lapangan yang terbuat dari kerangka besi dan kain terpal kita sebut dengan ‘velbed’ (dari veldbed), tempat membangun tenda militer disebut ‘bivak’ (dari bivak).

Peralatan rumah tangga secara tidak kita sadari masih banyak menyebut istilah bahasa Belanda seperti kata ‘bohlam’ alias lampu pijar (dari booglamp), ‘steger’ alias anjang-anjang (dari steiger), ‘waterpas’ (alat pertukangan untuk menentukan posisi horizontal/rata-rata air), ‘setip’ alias karet penghapus (dari kata stuf), ‘spet’ alias alat penyemprot (dari kata spuit), ‘plakban’ (dari kata plakband), ‘vandel’ (dari vaandel), ‘behel’ alias kawat gigi (dari kata beugel), ‘nakas’ alias lemari kecil di samping tempat tidur’ (dari kata nachtkast).

Istilah-istilah lain yang masih banyak dipakai namun tak terekam dalam kamus bahasa Indonesia antara lain ‘step’ alias kejang (dari kata Belanda stuip), ‘slem’ alias lendir (dari kata slijm), ‘dof’ alias tidak mengilap (dari kata dof), ‘prei’ alias bebas (dari kata vrij), ‘pol’ alias penuh (dari kata vol), ‘sun’ alias ciuman (dari kata zoen), ‘wayer’ alias kipas kaca mobil (dari kata waaier), ‘samen leven’ alias kumpul kebo (dari kata samenleven), ‘streng’ alias galak (dari kata streng), ‘onderok’ alias pakaian dalam (dari onderrok), ‘meses’ alias butir-butir bulat lonjong cokelat (dari kata muisjes), ‘miskram’ alias keguguran (dari kata miskraam), ‘spuyer’ alias penyemprot air (dari kata spuier), ‘melopen’ alias magang (dari kata meelopen), ‘drad’ alias alur (dari kata draad), syokbreker alias peredam kejut (dari kata schokbreker), ‘inreyen’ alias percobaan pengendaraan (dari kata inrijden), ‘stok opname’ (dari kata stockopname), ‘besuk’ alias mengunjungi (orang sakit) yang diambil dari kata bezoek.

Sebenarnya masih sangatlah banyak kata-kata warisan bahasa Belanda yang tidak diakui masuk ke dalam kamus kosakata Indonesia, namun dia masih dianut dengan mesra dalam wacana lisan khalayak Indonesia., seperti istilah 'struk' (dari kata strook bermakna 'kertas kecil berisi rincian perhitungan), 'lihting' (dari kata lichting bermakna 'angkatan') dan 'moleh' (dari kata mollig bermakna  'montok'). Ini adalah ciri khas yang mungkin tak dipunyai oleh bahasa-bahasa dunia lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun