Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu...

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gigi Hitam Mengilap Lambang Kecantikan Wanita

24 Oktober 2013   08:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:07 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13825785271500256118

[caption id="attachment_287161" align="aligncenter" width="600" caption="(ilust daria.com)"][/caption]

Kiprah warna hitam dalam dunia kecantikan cukup menonjol dewasa ini, terbukti tren memakai lipstik warna hitam, kuteks (nail polish) yang berwarna hitam menyala, dan juga merajah kulit dengan tato yang berwarna hitam. Hanya tinggal gigi yang belum dihitamkan dalam dunia fashion. Kita mungkin sudah lupa atau tak pernah tahu, bahwa beberapa abad berselang, gigi yang dihitamkan adalah lambang kecantikan dan keningratan. Dan gigi hitam mengilap bukan saja sebagai status sosial, namun terbukti zat penghitam ini dapat melindungi gigi dari kekeroposan (karies) dan juga menjaga kesehatan tubuh secara umum.

Di masa lampau, khususnya di kawasan Asia, Melanesia dan Mikronesia, menghitamkan gigi merupakan tradisi yang harus dijalani pada saat memasuki usia akil baliq. Di Jepang, menghitamkan gigi ini dinamakan dengan ‘ohaguro’. Caranya dengan melarutkan bubuk besi (iron filing) pada cuka atau sake, lalu dioleskan pada permukaan gigi. Supaya warna hitam ini bertahan lebih lama dan memberi kesan mengilap, maka dioleskan kulit buah delima (rind of pomegranate).Tradisi ini dijalankan berabad-abad lamanya, pada gadis yang akan memasuki jenjang pernikahan, juga dilaksanakan pada geisha. Baru pada tahun 1873, gigi hitam ini dilarang oleh kaisar Jepang dan permaisuri kaisar memberi contoh dengan tidak menghitamkan giginya dan justru memamerkan gigi yang putih bersinar seperti mutiara (pearly white).

Di negara China, tradisi menghitamkan gigi juga dijalankan pada wanita. Secara budaya, gigi hitam pada wanita selain melambangkan kecantikan, juga ’berguna’ untuk menyembunyikan ekspresi mulut sang wanita, seperti halnya penggunaan kipas atau tangan yang ditutupkan di depan bibir. Kalau kita amati, sampai sekarang pun, wanita Asia yang akan tertawa pasti secara refleks menutupi mulut dengan tangannya. Gigi yang putih, di zaman itu, memberi kesan menakutkan, karena menyerupai warna tulang, dan mengingatkan orang pada taring anjing dan binatang buas lainnya, serta hantu dedemit (demon).

Tradisi gigi hitam ini, secara meluas juga dianut di seantero Mikronesia, Melanesia, dan Asia, seperti di Vietnam, Laos, Thailand, India, Malaya, dan juga Indonesia. Di Vietnam, pada masa itu bahkan ada tembang rakyat (folksong) yang menggambarkan kecantikan seorang dara dengan ’rambut yang ikal, suara yang merdu, berlesung pipi, dan mempunyai gigi hitam mengilap laksana biji buah srikaya (custard apple)’. Di negeri kita, selain dihitamkan, gigi ini juga dikikir (tooth filing) menjadi pendek pada saat memasuki usia akil baliq seperti yang masih dijalankan di Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Ada pula yang mewarnai gigi ini dengan mengunyah sirih, sehingga seluruh gigi-geliginya merona merah. Memang ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa gigi hitam atau merah ini tahan (resisten) terhadap karies gigi dan juga menguatkan gusi. Ini tentunya dengan mengenyampingkan pendapat ilmiah bahwa zat-zat penghitam/pemerah gigi ini bersifat karsinogenik (dapat memicu terjadinya kanker).

Penduduk Filipina dan Vietnam sudah membuktikan bahwa menghitamkan gigi merupakan senjata ampuh melawan ’ulat gigi’ yang akan menggerogoti permukaan gigi. Ada satu jenis tanaman perdu yang bernama Pothos Vine yang konon bisa menghitamkan gigi bilamana dikunyah. Kalau Pothos Vine ini tidak ada di tempat Anda, maka bisa diganti dengan mengunyah kulit buah delima seperti yang biasa dilakukan oleh generasi tua di Jawa. Saya teringat waktu kecil dahulu, makan hidangan cumi lengkap dengan tinta hitamnya (yang di Surabaya dinamakan dengan ’ikan nus’). Sekujur gigi saya menjadi hitam, namun tentunya yang satu ini tak berkhasiat untuk mencegah keropos gigi.

Apakah tren fashion akan merangkul ide gigi hitam berkilat sebagai lambang kecantikan akan hidup kembali di masa depan? Who knows! Pada saat mana, dokter gigi akan merangkap sebagai ahli kecantikan, bukan dengan cara memutihkan gigi (bleaching), tetapi justru dengan menghitamkan gigi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun