Mohon tunggu...
Gustaaf Kusno
Gustaaf Kusno Mohon Tunggu... profesional -

A language lover, but not a linguist; a music lover, but not a musician; a beauty lover, but not a beautician; a joke lover, but not a joker ! Married with two children, currently reside in Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

22 Desember: Hari Ibu di Indonesia, Hari Onde di China

23 Desember 2013   15:25 Diperbarui: 23 Desember 2022   09:59 3510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13877875951828476430

[caption id="attachment_300745" align="aligncenter" width="574" caption="(ilust kuliner.grosirkripik.com0"]

Tanggal 22 Desember di tanah air diperingati sebagai Hari Ibu dan yang unik juga diperingati di China (dan juga komunitas chinese di negara-negara lain) untuk menghormati pengorbanan ibu namun dengan nama Hari Onde-onde. Onde-onde yang dimaksud di sini bukan kue onde-onde, melainkan ronde yang merupakan salah satu unsur membuat wedang ronde.

Di negeri China perayaan tradisional ini dinamakan dengan “dongzhi” (arti harfiahnya “tibanya musim dingin”) dan selalu dirayakan setiap tanggal 22 Desember, kecuali pada tahun kabisat, pada tanggal 23 Desember.

Pada tanggal 22 Desember ini komunitas chinese membuat tangyuan (di sini dinamakan “ronde”) yang berbentuk bola terbuat dari tepung ketan (balls of glutinuous rice) dan diberi warna merah, hijau dan putih. Masing-masing anggota keluarga mendapat sebutir tangyuan ukuran besar dan beberapa yang berukuran kecil untuk dimakan bersama.

Namun yang pertama dan yang utama mendapat persembahan tangyuan (atau ronde) ini adalah sang ibu, sebagai simbol bakti penghormatan atas kasih ibu yang tak terbatas.

Tersebut adalah legenda seorang ibu yang mempunyai seorang anak laki yang berprofesi sebagai tabib. Suatu hari sang anak ini berburu ramuan tumbuhan di hutan dan ternyata keliru mengenali tumbuhan untuk pengobatan.

Pada saat dia mencoba makan tumbuhan ini, sekonyong-konyong matanya menjadi buta. Cinta sang ibu yang sedemikian besarnya membuatnya mencungkil kedua biji matanya untuk diberikan kepada anaknya, sehingga buah hatinya dapat melihat kembali.

Dalam kesedihan atas pengorbanan ibunya, si tabib mendapat wahyu untuk membuat ramuan berbentuk bola yang terbuat tepung ketan. Dan sungguh merupakan mujizat, setelah makan ramuan ini, atas kuasa dewata mata sang ibu pulih kembali seperti sedia kala dan dapat melihat kembali.

Inilah simbolisme bakti hari Ibu di masyarakat chinese. Seperti namanya dongzhi sebenarnya tanggal 22 Desember ini merupakan puncak dari musim dingin yang dalam bahasa Inggris dinamakan “winter solstice”. Biasanya pada tanggal ini cuaca dingin mencapai batas maksimal dan untuk menghangatkan badan maka mereka menyantap wedang jahe ini.

Dongzhi ini juga merupakan perayaan untuk mengingatkan bahwa manusia sudah bertambah usia satu tahun dan memohon berkat rezeki dan keselamatan.

Di beberapa komunitas, hari onde ini merupakan reuni dari mereka yang mempunyai nama marga yang sama (dalam bahasa kita disebut zhe) untuk bersama-sama saling mempersembahkan ronde yang diberi warna yang menyala.

Entahlah apakah suatu kebetulan atau memang ada pertalian budaya, kita dan China sama-sama merayakan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Kalau Anda melihat di pasar banyak dijual ronde pada tanggal 22 Desember kemarin, ini menyiratkan cara menghormat komunitas chinese pada sosok ibu yang diberi nama dongzhi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun