Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Garengpung dan Hari-hari yang Asing

3 Desember 2018   15:56 Diperbarui: 3 Desember 2018   22:03 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terbangun dengan suasana yang tidak seperti biasa. Pintu gerbang depan masih tertutup dengan rapat.  Tidak ada suara siapa-siapa ketika aku menuju ke ruangan tengah yang berdekatan dengan toilet. Hanya sayup-sayup senandung datar dari garengpung di antara reranting-dedaun pohon damar.

Padahal hari ini Senin dan jam dinding di ruang tengah menunjukkan pukul 09.15. Padahal, biasanya, pukul 08.00 sudah ada suara satu-dua orang dari ruang tengah. Minimal komentar seseorang tentang berita Senin pagi.

Rumah singgah ini pun, sebenarnya, berfungsi pula sebagai kantor. Senin-Jumat pagi selalu ada aktivitas. Ya, selagi realitas dinamika sosial masih sarat persoalan, aktivitas di rumah singgah pasti akan bergeliat. Tetapi hari ini aku merasa suasananya asing, bahkan sangat asing.   

Dengan membawa suasana asing dari ruang tengah aku kembali ke ruang kerja sekaligus ruang tidurku yang berada di garasi. Kubiarkan saja pintu gerbang masih tertutup. Toh tidak pernah terkunci, kecuali sekadar rapat dalam satu gerendel bagian atas.

Di pintu garasi aku berhenti, dan menghadap sebatang pohon damar yang berada di depan bagian samping kiri halaman. Senandung datar garengpung sangat nyaring sejak beberapa hari lalu.

Ya, beberapa hari lalu! Bukankah beberapa hari lalu kedatangan "tamu". Sejak itu aku selalu sendiri dan terasing di rumah singgah ini? Oh, ya!

***

Malam itu aku sedang sendiri di rumah singgah. Orang-orang sudah pulang, bahkan terkadang seorang dia antaranya berpesan supaya berhati-hati karena suwanggi bisa saja bertamu di kala sepi. Semua pintu sudah tertutup rapat, kecuali garasi yang menjadi ruang keseharianku dengan penerangan lampu pijar 5 watt.

Sebelah kiri pintu garasi selalu kubiarkan terbuka sebelum aku mengakhiri aktivitas dengan tidur. Terkadang aku memasang lagu-lagu, minimal instrumental. Pintu garasi terbuka dan suara musik-syair hanyalah penanda bahwa rumah singgah selalu terjaga.

Malam itu beberapa kali pintu garasi sebelah kanan terdengar seperti ditabrak serangga berbadan keras dan berukuran kerikil. Aku tidak menggubrisnya karena tidaklah penting jika dibandingkan dengan apa yang sedang kukerjakan.

Ketika sedang asyik menggaris, sesuatu melesat di atas kepalaku. Nging! Plak! Pluk! Sesuatu tadi menabrak dinding, dan menimpa atas meja di sudut ruangan. Di situ terdapat tumpukan kertas yang berisi rancangan bangunan yang sedang kukerjakan sejak beberapa bulan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun