Wayang kulit saat ini memang bukan lagi pilihan hiburan utama, seni tradisi ini kalah jauh di bandingkan sinetron atau film. Wayang memang bukan tontonan yang ringan dan hanya sekedar menghibur tetapi tontonan yang cukup berat membutuhkan kemampuan mencerna pesan pesan tersembunyi didalam setiap ceritanya ditambah lagi pementasanya menggunkan bahasa jawa hinggil yang orang jawa sendiri kadang sulit mengartikanya.Â
Fakta ini kemudian berpengaruh sangat significant terhadap para pengrajin wayang kulit. Sulitnya mencari pengrajin berkualitas yang mampu mendesain, menggambar, menyungging hingga finishing saya alami beberapa waktu yang lalu. keingintahuan tentang wayang kulit berawal dari viralnya lakon goro2 wayang yang di bawakan oleh salah seorang dalang dari Jogja. Pesinden yang lucu dengan suara bagus mendorong saya mencari orang yang bisa membuat wayang dan menceritakan filosofinya. Sejatinya wayang tiak hanya dikenal di Jawa di berbagai daerah termasuk Bali wayang juga dikenal.
Pencarian pertama saya dimulai dari sebuah website tentang pengrajin wayang, dari sana saya mendapatkan kontak seorang pengrajin yang kemudian bersedia berbagi ilmu tentang pewayangan. Pengrajin wayang sudah banyak kehilangan para ahli, anak muda sudah sangat jarang yang tertarik. secara logis wajar, menjadi pengrajin wayang membutuhkan ketrampilan tingkat tinggi sedangkan permintaanya cenderung rendah.Â
Perlu pendekatan berbeda untuk kembali membumikan wayang, apa yg dilakukan dalang ko seno dan para pesindenya adalah sebuah terobosan menarik. Memperkenalkan wayang melalui Youtube, alhasil banyak anak muda termasuk saya kembali tertarik melihat wayang meskipun tidak bisa semalam suntuk.Â