Mohon tunggu...
Siti S. Fauziyah
Siti S. Fauziyah Mohon Tunggu... Guru - guru

guru di desa yang ingin jadi pengusaha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pahami Kerangka Literasi Digital, Jangan Asal Bikin Konten Viral

10 Mei 2023   15:48 Diperbarui: 10 Mei 2023   16:03 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konten digital jangan sekadar viral. (Foto: pexels/raqeeb ahmaed)

Jagat maya gempar ketika Bima mengekspos jalanan buruk di Lampung dalam suatu video TikTok. Unggahan ini segera ditanggapi secara berbeda oleh warganet di Tanah Air. Ada yang mendukung keberaniannya, tapi ada pula yang mencibirnya sebagai tindakan yang cari sensasi.

Tak lama berselang, kabar lain menyentak warganet ketika seorang ASN memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru ketimbang mencabut laporan seputar dugaan pungli yang dilakukan oleh badan kepegawaian di Pangandaran.

Mundur agak jauh, pada penghujung tahun 2022 publik sempat dihebohkan oleh Alif Cepmek yang lebih populer dengan sebutan Dilan KW. Dengan menirukan gaya bicara dan penampilan Dilan yang merupakan tokoh sebuah film, Alif yang tinggal di gang becek pun mendadak terkenal dan diundang ke berbagai acara yang berujung pada naiknya pendapatan.

Pahami kerangka literasi digital

Ketiga kisah itu memiliki satu kesamaan: sama-sama viral dan membetot perhatian massa, terutama warganet yang setiap hari mengakrabi gawai di dunia digital. Ketika sebuah konten viral, potensinya memang besar. Secara positif kreatornya bisa mendulang cuan, tapi secara negatif ia bisa-bisa malah dihujani cercaan.

Tren IoT (Internet of Things) yang menjadi bagian dari Era Industri 4.0 memang membuka berbagai kemungkinan. Berbekal gawai seperti ponsel pintar, tablet, dan kamera, kita bisa memproduksi konten dan mengunggahnya di banyak platform untuk dinikmati warganet.

Namun seiring dengan peluang monetisasi konten, tak jarang content creator asal saja membuat konten tanpa dipikirkan masak-masak. Yang penting banjir view dan komen, lalu meledak sebagai konten yang viral dan akhirnya jadi sumber rezeki yang besar. Ini tidak dibenarkan.

Hal penting yang kerap dilupakan oleh kreator konten adalah adanya kerangka literasi digital sebagai pedoman yang mesti dipatuhi. ICT Watch yang berkomitmen mewujudkan dan mengawal Internet Sehat merilis kerangka yang terdiri dari tiga bagian utama sebagai berikut.

1 | Proteksi (safeguard)

Bagian ini memberikan pemahaman mengenai keselamatan dan kenyamanan siapa pun yang menggunakan Internet. Bagian pertama ini mencakup perlindungan data pribadi, keamanan daring (online safety & security), dan privasi individu.

Pada level inilah biasanya terjadi cyberbully, cyber stalking, cyber harassment, dan cyber fraud. Untuk istilah terakhir ini ada satu kasus yang belakangan menyeruak, yakni seputar penipuan online.

Pelaku penipuan memancing korban dengan uang instan sebagai imbalan (reward) atas pekerjaan yang gampang. Dalam hal ini tugasnya sebatas membubuhkan like (jempol) dan subscribe (berlangganan) pada suatu akun. Begitu satu tugas rampung dan uang recehan ditransfer, tugas lain pun menanti.

Di sinilah penipu beraksi. Dia mengimingi korban dengan uang lebih besar tetapi kali ini harus terlebih dahulu menyetor uang yang besar dengan alasan imbalannya pun lebih besar. Karena setoran diwujudkan dalam bentuk kripto, akhirnya korban tak bisa mengelak selain merelakan uang melayang.

2 | Hak-hak (rights)

Pada bagian ini kita harus memahami sejumlah hak mendasar yang wajid dihormati oleh seluruh warganet. Salah satu contoh hak kita adalah kebebasan berekspresi, yakni menyatakan ide atau opini secara lisan, tulisan, maupun bentuk komunikasi lainnya.

Menjadi bloger atau jurnalisme warga adalah salah satu bentuk ekspresi yang kita miliki. Selain itu, mengunggah meme dan infografik serta video dalam bentuk konten di aneka platform juga termasuk hak berekspresi. Menulis status di WhatsApp, Facebook, dan Twitter, juga Instagram bisa dikategorikan pada bagian ini.

Namun ingat, kebebasan kita dibatasi oleh hak orang lain. Sehingga jangan asal bikin konten yang viral dengan mengabaikan kenyamanan orang lain. Hormati hak cipta atau kekayaan intelektual dengan memberikan atribusi semestinya, apalagi jika menyangkut benefit ekonomi.

3 | Pemberdayaan (empowerment)

Nah, bagian ketiga ini menyangkut pemanfaatan teknologi informasi dan medsos secara bijak dengan menargetkan pola pemberdayaan. Artinya, konten-konten yang kita unggah di media sosial bisa digunakan untuk menyebarkan inspirasi, mendorong partisipasi sosial, mendukung kewirausahaan lewat UMKM maupun perusahaan rintisan dengan semangat kolaborasi.

Yang tak kalah penting adalah memahami etika informasi, yakni kesadaran untuk mengevaluasi berbagai isu terkait penyebaran data elektronik. Di sinilah pentingnya menyaring mana berita yang termasuk hoaks, disinformasi, dan ujaran kebencian.

Hoaks bisa menular jika tak dicegah. (Gambar: kompas.com)
Hoaks bisa menular jika tak dicegah. (Gambar: kompas.com)

Kesadaran itu lantas melahirkan kewaspadaan untuk memilah-milah informasi, tidak mudah termakan hoaks, wise while sharing, dan think before posting. Begitu pentingnya menangkal hoaks, tahun 2017 MUI pernah menerbitkan fatwa untuk merespons beredarnya fitnah dan hoaks di medsos.

Kiat berkonten ria tanpa celaka 

Tak ada yang menghendaki musibah akibat konten yang diunggah di dunia maya. Sebaliknya, kita ingin agar konten itu bermanfaat dan menemukan pembaca yang memerlukannya--apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi yang menuntut kita saling peduli saat ini.

Mungkin saja ada orang-orang yang sengaja menggunakan medsos untuk menciptakan keributan demi uang. Namun, pastikan itu bukan kita sebab target kita adalah membuat konten penuh dengan keriaan tanpa kehilangan faedah. Lalu bagaimana caranya?

1 | Kenali target audiens

Memahami audiens yang menjadi target konten itu sangat vital. Kalau kita tidak berjualan, ya tanyakan apa niat dan tujuan kita mengunggah sebuah konten. Jika digunakan untuk keperluan pemasaran, coba pelajari minat, kecenderungan, dan perilaku target agar konten yang kita produksi sesuai.

2 | Pilih format yang tepat

Masing-masing platform punya ciri dan bentuk yang unik, menyesuaikan pengguna atau penyajian aplikasi digital. Jika konten di blog didominasi teks dengan gagasan yang utuh dan mungkin panjang, maka medsos lain tidak demikian. Instagram, misalnya, lebih banyak mengandalkan foto dan video dengan caption yang memikat. Pastikan foto untuk Instagram feed memiliki kualitas HD.

Sementara Youtube memungkinkan penayangan video yang jauh lebih panjang, bahkan hingga berjam-jam. Lain lagi dengan Twitter, pembatasan karakter akan membuat kita memeras otak agar pesan tetap tersampaikan secara ringkas. Jika perlu panjang, maka bisa disampaikan dalam bentuk utas (thread).

3 | Jangan bertele-tele

Pembaca atau warganet tidak selalu punya banyak waktu saat mengakses Internet pada gawai. Nah, pastikan konten yang kita produksi tersaji dalam bahasa yang mudah dipahami, ringkas ditampilkan. Sebisa mungkin gunakan kalimat pendek yang tedas dan tuntas. Jangan sampai menggunakan istilah yang mungkin terlalu teknis sehingga sulit dipahami audiens awam.

4 | Gunakan storytelling

Storytelling membantu digital marketing. (Gambar: jojonomic dotcom)
Storytelling membantu digital marketing. (Gambar: jojonomic dotcom)

Manusia ditakdirkan menyukai kisah atau cerita. Dalam hal ini manfaatkan storytelling sebagai langkah efektif untuk memikat audiens dan mempertahankan perhatian mereka. Dengan storytelling, keterikatan emosi bisa dibangun sehingga pesan sponsor atau nilai-nilai yang kita ingin sebarkan akan diterima seolah tanpa disadari.

5 | Jaringan Internet stabil

Sebagai modal utama berkreasi, koneksi Internet tak mungkin diabaikan. Namun bukan sembarang koneksi tentunya, melainkan jaringan yang stabil dan kencang. Intinya kita memerlukan koneksi andal untuk mendukung produktivitas harian dalam mengunggah maupun mengakses konten digital.

Bayangkan jika koneksi Internet kita dodol dan lemot, niscaya skedul pengunggahan akan terganggu sehingga audiens atau subscriber bisa lari ke kreator konten lainnya. Peluang cuan bisa melayang kalau hal ini kita biarkan.

Untuk mendukung aktivitas online dan produksi konten yang mumpuni, kita bisa mengandalkan IndiHome sebagai Internet Provider besutan Telkom Indonesia yang telah berpengalaman. Jaringan kencang dan stabil akan menciptakan kenyamanan saat browsing, menonton film tanpa buffering, dan mengunggah beragam konten tanpa khawatir lelet.

IndiHome punya layanan dengan beberapa pilihan untuk pengguna rumahan. Mulai 200 ribuan per bulan kita dah bebas berkonten ria tanpa malu jika harus menumpang di warkop atau kafe. Selain malu, pakai jaringan WiFi umum seperti itu riskan terkena peretasan yang membahayakan.

6 | Konsistensi

Akhirnya, konsistensi adalah kunci. Kalau ingin membangun digital presence yang kuat, maka konsistensi tak bisa ditawar lagi. Di sinilah perlunya menyusun skedul untuk mengatur agar setiap konten tampil menyapa audiens secara rutin. Jangan sampai seminggu full kita mengunggah konten, lalu sebulan berikutnya absen sama sekali.

Ketidaksanggupan mengunggah konten secara reguler akan menjauhkan follower atau subscriber kita dari akun yag kita kelola. Nama besar atau jumlah follower besar bukan jaminan mereka tak akan berpaling. Jadi pastikan konsisten memperbarui konten, apa pun platform yang kita gunakan.

Dengan demikian, konten-konten yang kita produksi tidak sebatas mengejar agar viral, tapi punya value yang bermanfaat. Ada benefit yang bisa dipetik, baik tentang ketepatan waktu maupun konten yang seru. Semua berawal dari pemahaman yang baik tentang kerangka literasi digital dan dukungan jaringan Internet yang krusial.

Yuk berkonten ria!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun