Mohon tunggu...
Yusron Fauzi
Yusron Fauzi Mohon Tunggu... Guru, Volunteer, Blogger, Writer, Sociopreneur -

Pembelajar yang Tak Pernah Pintar | Suka membaca dan menulis. Aktivitas sehari-harinya selain sebagai pendidik di MI & MTs IQRO, juga sebagai Pengasuh di Perpustakaan Dhuafa "Rumah Baca Asma Nadia Garut", Ma'had Nurul Musthofa dan Pembina Gerakan Literasi "Komunitas Kalamuna." Visit: www.gurumuda.web.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Muda: Pahlawan bagi Mereka

24 Agustus 2013   01:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:54 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

DENGAN Kun Fayakun-Nya Allah, maka sesuatu apapun akan dikehendakinya. Tak pernah bermimpi menjadi penerus Oemar Bakri sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tak pernah terbesit pula meneruskan jejak ayah yang sebagai guru SMP. Seperti halnya teman-teman yang lain, sewaktu guru SD menanyakan tiap  murid apa cita-citanya, aku hanya menjawab dengan keras “Dokter…”, seperti kebanyakan jawaban teman-temanku sekelas. Lalu ketika SMP, cita-cita pun berubah ingin menjadi pemain basket seperti Michael Jordan. Pun ketika duduk di bangku SMA, tak ada hasrat untuk menjadi guru.

Namun, takdir memilih aku sebagai penerus Oemar Bakri, menjadi guru, harapan semua orang. Meski tak berpenghasilan yang tidak banyak, profesi guru tetap dipandang orang sangatlah terhormat. Karena mengemban amanah mencerdaskan anak bangsa. Dari tangan gurulah nasib anak bangsa dipertaruhkan.

SAYA jadi teringat peribahasa Sunda yang bunyinya uyah mah moal tees ka luhur” atau “ air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga”. Bila diartikan secara luas, peribahasa ini berarti tindak tanduk seorang anak tidak jauh berbeda dengan orang tuannya. Mungkin ini bisa diqiyaskan dengan keprofesian saya saat ini. Ayahnya guru, anaknya guru pula. Paling tidak dari sekian anak-anaknya, pasti ada salah satunya yang mengikuti jejak ayahnya meskipun pada bidang yang berbeda. Contohnya, dulu ayah saya menjadi guru Ekonomi dan PMP (sekarang PKn), sedangkan saya menjaddi guru di bidang Pendidikan Agama Islam. Namun tetap sama dalam satu profesi. Guru.

Siap atau tidak siap, maka keterpakasaan yang dibarengi keikhlasanlah seseorang harus menerima taqdir yang sudah berlaku. Inilah jalan hidup. Dan saya harus menerima berprofesi sebagai seorang agen perubahan.

Di depan mata sudah terbaca impian-impian para pemburu ilmu itu. Dengan wajah ceria anak-anak sudah siap menerima ilmu. Kepolosan mereka membuat sang penyampai ilmu (guru) membuang jauh-jauh rasa kekesalan tatkala ilmu yang dipelajari sulit dimengerti mereka. Senyumannya juga bisa mengobati kepenatan sang guru ketika masalah yang tersisa terbawa dari rumah.

Kian hari menjadi pahlawan bagi mereka menjadi cita-cita saya saat ini. Meskipun gelar pahlawan itu sulit untuk dikejar. Namun, ikhtiar tetap menjadi prioritas. Menjadi kakak dan sahabat menjadi cara tepat supaya dekat dengan mereka secara mental dan spiritual. Mencari metode pembelajaran yang kreatif menjadi andalan menuju pahlawan buat mereka.

“Guruku Pahlawanku inilah kata-kata yang ingin saya dengar dari anak didik  meskipun mereka sudah menjadi ‘orang’ di kemudian hari. Tentu mereka tak akan lupa dari jasa seorang guru, itu pun jika mereka memahami apa yang guru lakukan adalah demi masa depan mereka. Walau terkadang ada sebagian sikap guru yang terbilang arogan. Atau terlalu sangat tegas. Yang ketegasannya tak mampu dipahami seketika oleh anak didik. Mereka akan paham tatkala ketegasan guru menjadi pengingat ketika mereka malakukan tindakan yang tak pantas.

Setelah menjadi ‘orang’, mereka tentu akan teringat gurunya yang memarahi ketika terlihat di dalam kelas yang kedapatan menyontek saat ulangan. Ilmu tentang kejujuran pun yang akan tersimpan. Mereka akan teringat harus memberikan makanan ketika melihat temannya yang tak bawa bekal ke sekolah.

“Guruku Pahlawanku”, saya yakin akan mendengarnya dari mereka. Dengan catatan saya harus menjadi inspirator mereka. Yang pantas untuk digugu dan ditiru. Yang bisa mengantarkan mimpi-mimpi mereka. Menggapai asa yang masih menjadi rahasia.

Salam Belajar Tanpa Batas

www.gurumuda.info

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun