Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tips Menyikapi RS dan Medis yang Tidak Profesional

18 April 2021   15:11 Diperbarui: 18 April 2021   15:24 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peristiwa pemukulan yang dilakukan ayah pasien usia 2 tahun terhadap perawat di Rumah Sakit (RS) Siloam kini menjadi  viral. Pemukulan itu terjadi karena kekesalan luar biasa terhadap perawat karena dianggap tidak profesional. 

Jagat  dunia maya bereaksi mengutuk  perilaku ayah pasien itu. Sesungguhnya apa yang terjadi hingga terjadi pemukulan? Apakah reaksi itu merupakan akumulasi kekesalan selama  anaknya dirawat di RS? Apapun alasannya pemukulan itu tidak boleh terjadi karena tindakan yang sangat konyol dan tidak terpuji. Bahkan tindakan itu  masuk pidana.

Dalam perjalanan hidup saya sering terjadi kekesalan yang luar biasa kepada para medis dan pihak RS. Mulai dari mengurus keluarga, teman, tetangga, dan banyak peristiwa yang ada kaitannya dengan RS kadang sangat menyakitkan. Mulai dari antar orang ke RS karena tabrakan dan berbagai peristiwa yang ada kaitannya dengan RS. Para medis dan pihak RS yang tugasnya menolong orang justru sebaliknya. Kadang, pihak RS lebih mengutamakan administrasi dibandingkan pertolongan kepada pasien yang sekarat.

Suatu ketika saya bangun tidur di siang hari, ketika bangun saya mengalami pusing. Karena pusing saya ke klinik, dan tensi saya diukur. Alat tensi digital itu menunjukkan tulisan error. Dokter muda itu mengatakan tensi saya terlalu tinggi sehingga alat pengukur tensi digital itu menunjukkan error. 

Mungkin karena baru bangun tidur dan penampilan saya seperti sopir angkot yang kurang setoran, dokter itu mengatakan tensi saya terlalu tinggi. Lalu, saya tanya kuliah kedokteran dimana dulu dek? Dokter itu menyebut nama sebuah Universitas Swasta.

Saya sampaikan bahwa dia perlu belajar. Masa sih tensiku ketinggian hingga alatnya pengukur  tensi  error? Kenapa ngak meledak saja sekalian? Belajar baik-baiklah, saranku lembut, walaupun sudah jengkel. Rasanya tidak mungkin loh, kataku. Saya pun pindah ke sebuah RS dan tensi saya normal 120/80.

Beberapa waktu lalu, seorang teman kecelakaan  di jalan raya. Teman itu naik sepeda motor, tiba-tiba truk buka pintu dan tercampaklah temanku itu di pinggir jalan. Kecelakaan itu menyebabkan patah kaki. 

Ketika kami membawa ke RS timbul masalah. Pihak RS tidak menangani dengan cepat karena alasan tidak jelas pembayaran. Ketika itu pihak RS menanyakan apakah yang membayar pribadi, jasa raharja, atau BPJS. Kami menjawab BPJS  dan pihak BPJS tidak menyetujui karena menurut mereka kecelakaan itu tanggung jawab Jasa Raharja. Melihat diskusi konyol itu, saya marah. Saya mengatakan bahwa siapa pun yang membayar, itu soal nanti. Lakukanlah perawatan terhadap korban. Saya bertanggungjawab.

Menindaklanjuti kejadian kecelakaan itu, cukup lama saya mengurusnya ke polisi, Jasa Raharja dan BPJS. Mengurus administrasi yang berliku dan tidak ada kepastian. Tarik menarik Jasa Raharja dengan BPJS.

Saya bayangkan, jika masyarakat miskin harta dan informasi  sakit, maka sulit saya bayangkan kesulitan mereka mengurus administrasi. Tidak ada petunjuk atau informasi dari RS langkah-langkah yang akan dilakukan agar menjawab kebutuhan dana ke pasien. Padahal, pasien rutin membayar BPJS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun