Ketika saya melewati masa-masa sekolah, muncul pertanyaan apakah relevan ilmu itu dikategorikan eksak dan non eksak? Untuk apa sesungguhnya ilmu pengetahuan itu? Bukankah ilmu pengetahuan itu acapkali bertentangan?Â
Sebagai contoh ilmu ekonomi dan ilmu ekologi selalu benturan. Karena benturan ilmu ekologi dengan ekonomi maka menghasilkan benturan yang menghasilkan konflik antara pecinta lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi.Â
Kawasan hutan jika dijaga dengan baik maka nilainya 100 dari ilmu ekologi. Tetapi nilai nol dari ilmu ekonomi. Sebaliknya, hutan jika dieksploitasi maka nilainya 100 dan nol bahkan minus atau membahayakan bagi ahli ekologi.Â
Benturan ahli ekonomi dan ekologi berdialog dengan menghasilkan ekonomi lingkungan (environmental economics).
Memahami luasnya Samudra ilmu pengetahauan, bagaimana agar anak kita tidak terbeban atau bahkan stres untuk mempelajarinya? Dari pengamatan saya, kita harus mulai dari kebiasaan anak berdialog.Â
Dikotomi eksak dan non eksak memahami bahwa eksak dianggap lebih keren harus kita tinggalkan. Mengapa? Karena realitanya ahli matematika tanpa memahami ilmu lain seperti persoalan sosial maka ilmu matematika tidak dapat digunakan untuk mengatasi persoalan sosial.Â
Ilmu pengetahuan lahir untuk menjawab persoalan masyarakat dan memperkirakan ancaman hari ini dan esok bagi masyarakat harus disiasati dengan ilmu pengetahuan.
Seorang ahli matematika jika berpikir dan khawatir akan kondisi energi fosil, maka ahli matematika akan menggunakan ilmunya untuk memprediksi kapan habis.Â
Kemudian, ahli matematika itu akan berpikir alternatif untuk menggantikan energi fosil dengan isu energi terbarukan yang diisukan oleh pakar-pakar di bidang energi.Â
Isu pakar energi mewacanakan biodiesel dari minyak kelapa sawit dan buah jarak. Tentu saja ahli matematika menggunakan ilmunya untuk menghitung luas lahan yang dibutuhkan, penurunan kualitas tanah, dan kebutuhan akan energi. Apakah energi terbarukan itu solusi atau tidak untuk kebutuhan energi bagi masyarakat?
Pada hakikatnya ilmu pengetahuan itu hadir untuk kebutuhan manusia. Tetapi, dalam praktik ilmu pengetahuan bergeser menjadi mencari keuntungan finansial. Banyak orang memilih profesi berdasarkan jumlah uang. Padahal, pekerjaan atau profesi sejatinya untuk pengabdian melalui ilmu pengetahuan yang kita miliki.Â