Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Peran Strategis Timses Pilkada 2020 untuk Perkembangan Demokrasi

5 September 2020   23:45 Diperbarui: 10 September 2020   14:55 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Gubernur (Pilgub), Pemilihan Walikota (Pilwakot) dan Pemilihan Bupati (Pilbub)  juga Pemilihan Calon Legislatif  (Pilcaleg) di pusat, provinsi dan daerah  didukung oleh  Tim Sukses (Timses).   

Dalam pemilihan pimpinan organisasipun,  kini menggunakan Timses.  Menjelang  Pemilihan Kepela Daerah (Pilkada) tanggal 9 Desember 2020  tentu saja para kandidat memiliki Timses. 

Bagaimana menjadi Timses yang sukses  tidak sekedar mendudukkan calon yang didukung?.  Bagaimana kiat Timses agar sukses mendudukkan yang didukung  dalam  Pilkada sekaligus sebagai momentum pembelajaran politik rakyat?.

Apa sih sesungguhnya yang dikerjakan oleh Timses itu? Mengapa mereka bersedia menjadi Timses dan apa janji kandidat kepada tim suksesnya?. Apakah benar ada janji proyek atau janji sesuatu sehingga bersedia menjadi tim sukses?

Bagaimana cara memilih kandidat yang layak kita dukung?. Bagaimana posisi kita sebagai tim sukses? Apa yang didapatkan oleh tim suskes sekarang dan setelah terpilih?.

Sejak reformasi , saya beberapa kali menjadi tim suskes dan pernahpula menjadi Calon Legislatif (Caleg). Artinya pernah menjadi Timses dan pernah memiliki Timses. Pengalaman yang paling menarik dan melelahkan adalah ketika saya menjadi Timses calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD). 

Menjadi Timses DPD almarhum Dr. Victor Silaen, M.A di DKI Jakartatahun 2009. Menjadi Timses Caleg, Bupati, Walikota dan Gubernur tidak begitu melelahkan karena struktur organisasi pendukung sudah jelas. 

Kalau Calon DPD kita harus membangun struktur organisasi yang baru. Sulitnya menjadi Timses DPD agak mirip dengan Timses Calon Independen di Pilkada tahun 2020. Apalagi jika Calon Independen itu selama ini tidak terlibat berbagai organisasi di wilayah pemilihan. Membangun struktur organisasi tim itu mahal dan sulit. 

Lain halnya, ketika seseorang aktif di Parpol atau sesorang yang organisatoris, memilih jalur independen secara de facto dapat memanfaatkan organisasi nya sebagai instrumen pendukung.

Keuntungan seorang Timses adalah kesempatan untuk mempraktekkan politik secara nyata. Seorang Timses tiap hari belajar bagaimana melakukan sosialisasi program apa yang akan dikerjakan oleh kandidat jika terpilih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun