Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Etos Kerja Dimulai Sejak Kecil

30 Juni 2020   17:37 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:59 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com

Presiden Jokowi kecewa  kepada  Menterinya karena lamban bekerja.  Jokowi berharap, Menterinya menyadari bahwa situasi  Covid 19 sekarang adalah kejadian luar biasa (ektra ordinary).

Sikap lamban memang membudaya di negeri cinta. Hampir semua sektor kehidupan kita lamban dan terlambat. Pupuk subsidi lamban dan terlambat ke petani.

Sering kita dengar penyebab kematian karena dianggap terlambat dibawa ke  Rumah Sakit (RS) dan dokter terlambat karena macet. Bantuan Sosial (Bansos) pun terlambat kepada rakyat penerima manfaat. Megapa disemua sektor kita lamban dan terlambat?

Budaya lamban dan terlambat  seolah menjadi budaya di negeri tercinta.  Suatu ketika seorang teman cerita  istrinya hampir saja terancam nyawanya karena dokter  kandungan yang merawat istrinya selama hamil   terlambat karena baru pulang dari RS lain terjebak macet.

Biasalah, dokter kita bekerja di beberapa RS.  Mungkin itulah kelebihan RS di Malaysia yang fokus di satu  rumah sakit saja. Jika di satu rumah sakit saja, tidak ada istilah macet atau factor lain. Karena fokus  di satu RS.

Dosen yang senang mengajar dibeberapa Perguruan Tinggi (PT)  juga sering terlambat mengajar karena alasan macet dari satu PT ke PT lain.

Alasan macet harus dimaklumi semua orang. Hampir tidak ada solusi macet.  Padahal, andaikan dosen fokus dan optimal disatu kampus, maka mahasiswa bisa konsultasi kapan saja selama seharian di kampus. Mahasiswa kejar-kejaran karena dosen sibuk ke kampus lain atau pekerjaan lain.  Dosen tidak fokus satu PT begitulah, sering terlambat.

Kesadaran konsekuensi terlambat sudah saya sadari sejak kuliah.  Karena itu, saya tidak pernah terlambat kuliah maupun pertemuan-pertemuan kepanitiaan maupun organisasi. Saya paling tidak suka melihat orang terlambat.  Alasan terlambat bisa saya terima jikalau  karena sebuah kecelakaan.

Kebiasan terlambat adalah bukti makna sebuah komitmen dan  kecintaan terhadap  pekerjaan/kegiatan.  Saya suka dengan Prof. Payaman Simanjuntak waktu aktif  menjadi  birokrat.  Pagi-pagi benar sudah di kantor  untuk mengatasi macet di Jakarta.

Pernahkan kita bayangkan ketika subsidi pupuk bagi petani terlambat?.  Jika petani padi terlambat memupuk padinya selama 15 hari maka hampir tidak ada guna pupuk itu lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun