Jakarta , di siang terik  hari Sabtu ,  sekitar tahun 1996, pulang dari kantorku di daerah Kuningan , saya bergegas  turun dari bis Ac di daerah dekat pasar Baru . Maklum ,baru terima gaji , sudah bejibun agenda untuk week end untuk sang bujangan tong-tong.Â
Pengalaman dari teman , dompet agar jangan di simpan di saku seperti biasa ,kalau kita berjalan di keramaian di ibukota yang kejam. Karena copet dan jambret butuh korban untuk mereka menyambung hidup.
Cuma persiapan self defense saya kurang. Sejenak turun , dari Bis , mendadak  beberapa anak muda menodong dan meraba semua saku saya. Untung , Dompet andalan saya tidak didapat ( karena saya simpan jauh tersembunyi di dalam C*. ) , Tapi arloji kesayangan saya merk Alain Delon , berpindah tangan ke kawanan penjambret.Â
Arloji itu padahal seperti teman tapi mesra  yang sangat setia . Kecuali mandi tidak sama sama. Apalagi arloji itu hadiah dari ayah tercinta saat Ayab terima pesangon karena pensiun dini.Â
Tapi ini bukan semata tentang cerita konyol  dijambret di ibukota , yang saya alami.
Tapi tentang makna arloji ,yang bagi sebagian lelaki adalah lambang prestis. Atau cerminan dari si empunya jam. Atau bisa dongkrak penampilan.Â
Katanya ,kita bisa menilai karakter seseorang lelaki  dari arloji yang dipakai.Â
Namun , ada 2 orang pria hebat  yang tidak pernah pakai arloji.Â
Yang pertama , adalah bos ku di kantor dulu, yang seorang Doktor mengenai  ilmu pesawat terbang  lulusan Inggris.  Saya pernah tanyakan , kenapa tidak memakai arloji , jawabnya , di hape sudah ada jam nya. Beliau nggak mau ribet. Sosok sederhana dan praktis.
Mungkin , baginya ,kualitas seseorang bukan dari arloji yang di pakai. Tapi dari  cara bicara, materi bicara , integritas dan jujur itu akan bisa dinilai.Â
Lelaki hebat ke 2 yang saya perhatikan ,juga tidak memakai arloji , adalah Jokowi. Presiden RI sekarang.Â
Karena saya tidak merasa sudah jadi lelaki hebat , saya masih pakai arloji. Mungkin bisa nambal dikit kekurangan. GBU
#Jokowi
#Alain Delon
#Arloji
#sederhanaitunikmat
