Mohon tunggu...
Gunawan Sriwibowo
Gunawan Sriwibowo Mohon Tunggu... profesional -

Insan biasa yg mencoba berbagi hal2 melingkupi kita walaupun kecil namun insyaAllah ada manfaatnya.....

Selanjutnya

Tutup

Money

Inilah Rahasia Tetap Eksisnya Bisnis MLM

28 September 2010   09:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:54 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa tidak sedikit orang alergi dengan nama MLM (Multi Level Marketing)? Identik dengan salesman yang menawarkan produk dari pintu ke pintu. Padahal semua pandangan yang beredar dalam masyarakat saat ini bukanlah prinsip MLM yang sebenarnya. Atau paling tidak pandang itu sudah tidak relevan dijalankan lagi. . . . Inilah analisis sederhana saya tentang rahasia MLM tetap eksis setelah mengamati beberapa tahun lamanya.

Salah satu pandangan yang ada dalam masyarakat adalah bahwa konsumen berada di bawah perusahaan/distributornya. Jadi konsumen dijadikan obyek dan kurang dianggap penting. Sehinnga mereka tidak memberikan pelayanan yang optimal. Mereka tidak mendasarkan bisnisnya pada costumer base.

Mungkin ada yang bilang kalau menekuni bisnis MLM itu tak perlu waktu kerja ekstra, tidak perlu kerja keras, modal sedikit, dan sebagainya. Tapi pada kenyataannya, yang terjadi sebaliknya, mereka ikut training hingga larut malam, harus stok produk yang mengeluarkan modal besar. Mereka terpaku pada prinsip untuk sukses di MLM harus ikut training, harus menjual, dsb.

Selain itu, distributor hanya berpikiran menjual produk, menjual dan menjual. Setali tiga uang, yang terjadi pada konsumen sama saja. Mereka hanya memikirkan produk terjual sebanyak-banyaknya, kurang memikirkan bagaimana konsumen puas dengan pelayanan. Orang tidak diberitahu bisa membeli produk di mana saja. Orang sulit mendapatkan produk-produk MLM.

Sejumlah perusahaan MLM yang baru menekankan aktivitas pengembangan usahanya dengan prinsip marketing plan atau bonus driven. Perusahaan seperti ini terbukti tidak bertahan lama, berumur singkat. Perusahaan yang berdasar costumer base lebih tahan lama umurnya. Hal ini paling tidak diamini oleh seorang CEO perusahaan MLM terkemuka yang sampai sekarang masih eksis.

Mereka mengiming-imingi bonus besar dan bisa diraih dalam tempo cepat. Distributor dipacu untuk mendapatkan calon konsumen sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan aspek pelayanan dan kepuasaan pelanggan. Pendekatan yang kurang sopan membuat masyarakat semakin berpandangan miring terhadap bisnis MLM. Namun demikian karena harga produk melangit (akibat efek pemberian bonus yang besar kepada distributor), keseimbangan usaha pun terganggu. Distributor menjadi sulit berkembang karena para konsumen beralih ke produk sejenis yang relative lebih murah, dan dihadapkan pada penolakan masyarakat untuk bergabung dalam bisnis MLM mereka. Secara meyakinkan bisnis mereka merosot tajam, dan ujung-ujungnya distributor mengalami kegagalan dalam menjalankan bisnisnya.

Hal-hal itulah beberapa faktor yang membuat sebuah bisnis MLM gagal/hancur.

Dimulai dari Perubahan Cara Pikir

Sebagai salah satu bidang bisnis, tak ada salahnya sebuah perusahaan MLM di Indonesia menjadi pionir dan terdepan untuk meluruskan semua pandangan miring tentang bisnis MLM ini. Apalagi jika semua perusahaan MLM bekerja sama dan berkomitmen untuk melakukan hal ini bersama-sama, bersinergi.

Apa artinya? Harusnya mereka tidak terpaku pada konsep bisnis yang lama. Mereka harus melakukan pembaharuan-pembaharuan. Jenis perubahan besar yang dilakukan yang utamanya adalah perubahan pola pikir.  Yaitu perlunya meluruskan pemahaman konsep MLM yang sebenarnya, baik kepada konstituennya sendiri (seluruh karyawan dan member), konsumen dan masyarakat secara umum.

Jelasnya, bisa diilustrasikan sebagai berikut. Ada seseorang yang begitu getol mempromosikan kelezatan masakan warung A di daerahnya. Setiap kali ada teman berkunjung, ia selalu bangga membawanya ke warung tersebut. Begitu juga jika sedang dalam komunitasnya, ia tak bosan untuk bercerita tentang kelezatan masakan tersebut. Sungguh aneh bukan, karena ia tidak dibayar sepeserpun oleh warung tersebut. Ia melakukan dengan senang hati, tidak terpaksa. Dan memang terbukti masakan tersebut sangat enak, bahkan relatif lebih murah dibanding masakan di tempat lain. Ketika temannya sudah membuktikan kelezatannya maka, ia akan menjadi tenaga promosi baru. Begitu seterusnya sehingga warung A lebih menjadi lebih ramai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun