Tiba di Pulau Molu: Surga yang Terjaga
Akhirnya, setelah perjalanan panjang dari udara, darat, hingga laut, Pulau Molu menyambut saya. Dari kejauhan, pulau ini tampak hijau dan tenang, dikelilingi laut biru jernih. Saat kaki pertama kali menjejak pantainya, saya merasakan kesunyian yang menenangkan, seolah dunia luar terputus begitu saja.
Pulau Molu tidak besar, tapi menyimpan banyak pesona. Garis pantai berpasir putih mengelilingi sebagian besar pulau, dihiasi pohon kelapa yang melambai diterpa angin. Lautnya jernih, dengan terumbu karang yang bisa terlihat jelas bahkan dari atas permukaan. Saat drone saya terbang, keindahan itu semakin nyata: warna laut bergradasi, pola karang seperti lukisan abstrak, dan perkampungan kecil yang tampak damai.
Kehidupan di Pulau Molu
Penduduk Molu hidup sederhana. Sebagian besar adalah nelayan, mengandalkan laut sebagai sumber utama kehidupan. Saya sempat berbincang dengan beberapa warga yang ramah, mereka bercerita bagaimana kapal perintis menjadi jalur penting untuk membawa kebutuhan pokok dan hasil laut. Anak-anak tampak ceria bermain di pantai, tertawa lepas ketika melihat drone saya melintas di atas kepala mereka.
Suasana desa di Molu begitu berbeda dari hiruk pikuk kota. Tidak ada suara kendaraan, hanya desir angin, debur ombak, dan sesekali suara ayam berkokok. Malam hari, langit dipenuhi bintang tanpa polusi cahaya---pemandangan yang jarang sekali bisa dinikmati di kota besar.
Pulau Molu dari Langit
Menerbangkan drone di Pulau Molu adalah pengalaman yang sulit dilupakan. Dari ketinggian, pulau ini tampak seperti permata hijau yang terapung di tengah lautan luas. Garis pantainya melengkung indah, laut birunya berkilau diterpa sinar matahari. Saya merekam sudut-sudut pulau, dari desa nelayan hingga hutan lebat yang menjaga bagian tengah pulau. Setiap detik di udara terasa berharga.