Â
Perjalanan kali ini membawa saya ke sebuah pulau kecil dan terpencil di Maluku Tenggara: Pulau Molu. Jauh dari hiruk-pikuk kota, pulau ini menyimpan pesona laut biru yang jernih, pasir putih yang halus, dan kehidupan yang berjalan dalam kesederhanaan. Dari udara, keindahannya tampak seperti lukisan alam yang belum banyak tersentuh.
Dari Ambon ke Saumlaki
Perjalanan dimulai dari Ambon, jantung Maluku. Dari Bandara Pattimura, saya menempuh penerbangan sekitar 1,5 jam menuju Saumlaki, ibukota Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Dari udara, barisan pulau-pulau kecil yang berserakan di laut biru terlihat seperti mozaik alam yang menawan. Saat itu saya sudah merasa, perjalanan panjang ini akan terbayar dengan keindahan.
Menyusuri Jalan ke Larat
Tiba di Saumlaki, perjalanan darat menanti. Dengan kendaraan sederhana, saya menempuh jalur darat menuju Pelabuhan Larat, sekitar 120 kilometer dari Saumlaki. Perjalanan ini memakan waktu 4--5 jam, melewati hutan tropis, perkampungan kecil, hingga pesisir pantai yang sesekali menampakkan diri. Jalanan berliku dan sebagian rusak, namun setiap kilometer terasa penuh cerita.
Kapal Laut Perintis: Menuju Pulau Molu
Dari Pelabuhan Larat, saya melanjutkan perjalanan dengan kapal laut perintis menuju Pulau Molu. Kapal ini bukan sekadar alat transportasi, tapi juga nyawa masyarakat pulau-pulau kecil, penghubung dengan dunia luar. Perjalanan laut ke Molu memakan waktu sekitar 6--7 jam. Ombak besar sesekali mengguncang kapal, tapi semangat dan rasa penasaran membuat saya bertahan.