Mohon tunggu...
Guna Mandhasiya
Guna Mandhasiya Mohon Tunggu... Industrial System Engineer and Data Scientist

🎓 Teknik Industri UI | Matematika UI 📌 Pemerintahan | Kebijakan Publik | Data

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bom Waktu

15 Juli 2025   08:07 Diperbarui: 15 Juli 2025   08:07 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyikapi situasi dan kondisi yang terjadi saat ini kiranya menyampaikan kebenaran menjadi sulit untuk dilakukan. Ketika kebenaran sulit untuk disampaikan berarti kebohongan sedang menyebar luas dengan mudah dan masif. Manipulasi dalam rangka meraup keuntungan pribadi atau golongan adalah kenyataan yang mungkin saat ini sedang kita hadapi. Bahwa mungkin dapat dikatakan Bangsa kita telah dibohongi, telah dibodohi oleh mereka yang memiliki kekuatan finansial, oleh mereka yang bisa kita sebut sebagai pemiliki modal atau investor. Para investor yang datang dari luar negeri melakukan manipulasi terhadap sistem pemerintahan kita yang korup. Sedangkan para elit mayoritas merasa bangga dengan fasilitas yang diterima atas hasil kedudukan pada kekuasaan yang didapat dengan cara yang juga korup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi hal yang bisa kita sebut "penjajahan gaya baru."

Penjajahan gaya baru tidak seperti penjajahan yang sebelumnya dilakukan secara fisik dalam rangka mengeskploitasi sumber daya alam. Penjajahan gaya baru yang saat ini terjadi diduga akibat dari suatu konsep yang terstruktur, sistematis, dan masif. Seperti serangan yang dilakukan oleh China berupa serangan modal, serangan penduduk, dan serangan budaya. Sedangkan AS melakukan serangan melalui penguasaan tambang emas dan Teknologi Informasi. Data menunjukan bahwa investasi Indonesia paling banyak berasal dari Singapore. Singapore yang merupakan proxy dari Inggris juga memiliki kepentingan terhadap Indonesia dalam penerimaan devisa mereka. Secara distribusi logistik melalui laut dan udara Indonesia tidak betul-betul berdaulat dikarenakan harus melalui Singapore sebagai HUB terlebih dahulu. Sedangkan politik kita masih berkutat pada perebutan kekuasaan untuk bisa mendapatkan keuntungan kelompoknya sebanyak-banyaknya, bukan untuk mensejahterahkan masyarakat kita seluas-luasnya.

Sudut pandang dalam melihat kondisi masyarakat Indonesia hari ini penulis coba uraikan dalam tiga sudut pandang. Sudut pandang yang pertama berasal dari sudut pandang kelas menengah atas yang melihat masyarakat kita dalam kondisi "kasian" akibat kurangnya pemahaman dan pendidikan sehingga masuk dalam kelompok yang kurang beruntung. Masyarakat kita hanya dijejali oleh informasi yang bias akibat kepentingan dari penguasa yang menggunakan sumber dayanya untuk mengatur dan mempertahankan keuntungan atas kekuasaannya. Sudut pandang yang berikutnya adalah sudut pandang yang berasal dari kelas menengah bawah yang melihat bahwa masyarakat kita "menyebalkan" akibat dari tindakan atau perilaku yang tidak etis, yang seringkali menampakan ketidakadilan secara terang-terangan. Hal ini juga disebabkan oleh lebarnya kesenjangan ekonomi sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Namun kelas masyarakat ini tidak berdaya sehingga tidak bisa banyak melakukan hal yang semestinya dilakukan. Selanjutnya dari sudut pandang kelas menengah yang terhimpit oleh dua sudut pandang yang telah disebutkan di atas, dan akhirnya melihat masyarakat kita dalam kondisi "kasian" tapi "menyebalkan." 

Untungnya Bangsa kita adalah Bangsa yang berkeTuhanan sehingga banyak dari masyarakat kita yang beriman pada takdir yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Takdir adalah ketentuan Allah SWT yang bersifat umum sedangkan nasib adalah bagian dari takdir yang bersifat khusus. Perbedaan takdir dan nasib terletak pada aspek kontrol manusia terhadapnya. Tidak akan nasib suatu kaum itu berubah kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Artinya, nasib seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri. Kemampuan yang ada dalam diri seseorangan tidak akan terlihat atau berkembang jika tidak ada usaha untuk mengeluarkannya. Untuk mengubah nasib, seseorang harus menyadari bahwa nasib ada di tangannya.

Tik.. Tok.. Tik.. Tok.. Waktu terus berjalan dan tidak dapat diputar. Hal yang paling jauh adalah masa lalu. Gambaran yang paling tepat untuk menjelaskan kondisi dan situasi saat ini adalah suara bom waktu yang terus berdetak dan akan meledak pada saatnya. Namun yang namanya Bom pasti bisa dijinakan dengan cara yang tepat, tentu memerlukan fokus, ketenangan, dan keahlian. Semoga harapan negara ini untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 bisa terwujud meskipun Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantang yang sedikit banyak coba penulis sebutkan dalam tulisan ini bisa menjadi penyadar agar para pemimpin Bangsa kita dapat memberikan suri ketauladanan yang hakiki.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun