Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Yusril dan Jonru Mengaku Khilaf Tapi Tak Minta Maaf

11 April 2015   10:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 6518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_409299" align="aligncenter" width="544" caption="Jonru mengaku khilaf tapi juga tidak minta maaf / Screenshoot Chirpstory"][/caption]

Ternyata yang ikut-ikutan menyebarkan hoax tentang berita yang katanya diturunkan The Walls Street journal bukan hanya Jonru. Ternyata orang sekaliber Yusril juga ikut-ikutan tertipu oleh Jonru. Setelah saya membongkar hoax yang disebarkan Jonru ke pengikutnya, akhirnya Jonru mengaku Khilaf.

Manusia bisa saja khilaf tapi kalau kekhilafan tersebut merugikan orang lain tentunya harus minta maaf kepada orang yang dirugikan karena kekhilafan kita itu. Masa sih sekelas Prof Yusril tidak bisa membedakan mana Wall Street Journal dan mana Thejakartaglobe yang notabene hanya koran Indonesiia yang berbahasa Inggris. Penulis artikelnya juga orang Indonesia yang bernama markus Junianto Sihaloho.

[caption id="attachment_409300" align="aligncenter" width="580" caption="Cuitan Yusril yang mengaku khilaf dan meralat sumber foto yang diposting di twitter tanpa kata maaf / Screenshoot Twitter"]

1428720869487713653
1428720869487713653
[/caption]

Tidak semua yang berbahasa Inggris itu identik dengan dunia internasional. Saya menduga mereka ini sakit hati karena senjata untuk melengserkan Jokowi telah berkurang satu. Berharap uang muka mobil pejabat yang dinaikan ini bisa memberikan "pukulan telak" kepada pemerintahan Jokowi. Apa lacur pak Jokowi sudah membatalkannya. Sirnalah harapan para pejabat terutama DPR dan DPRD mengenyam uang DP mobil yang besar.

Setelah isu kenaikan BBM tidak laku, kini isu Jokowi tidak membaca apa yang ditandatanganinya juga tidak laku. Mereka akhirnya kalaf dan malu sendiri. Mengaku khilaf tapi tak mau minta maaf itu lah pecundang sejati. Kalau hanya berkata khilaf sedang fitnahannya sudah tersebar luas maka dosanya juga akan tetap akan mengalir sebelum yang bersangkutan meminta maaf.

Setidaknya mereka melakukan klarifikasi salah dalam menyebutkan sumber dan meminta maaf serta menarik semua statusnya yang telah dishare ke ribuan pengikutnya. Ini malah tidak melakukan dan mengejek balik dengan mengatakan presiden boleh khilaf dan dia tidak. Sungguh kalau sudah jadi pembenci akan susah diobati.

Alih-alih ingin mengajak tobat para pendukung Jokowi yang dianggapnya sesat walhasil dirinya sendiri yang telah jauh berjalan kearah kesesatan dengan mengumbar fitnah dan cibiran kepada orang lain. Sadarkah dia bahwa apa yang dia lakukan itu lebih sesat karena menyesatkan orang lain dengan plintiran berita yang sengaja dikarangnya untuk menjatuhkan presiden Jokowi.

Sudah saya tuliskan berkali-kali bahwa mengkritik dengan menghujat itu sangat jauh berbeda. Kritikan harus ada solusi yang diberikan tanpa ada embel-embel ejekan dan hujatan. Itulah bedanya kritikan dan hanya sekedar pelecehan yang dibalut dengan kalimat-kalimat metafora yang ujung-ujungnya hanya sebagai fitnah saja.

Dalam hal ini saya tidak benci keada Jonru maupun orang-orang yang menghina Jokowi, itu hak mereka mungkin jika kebahagiaan hidupnya timbul karena menghina Jokowi setiap hari tak ada yang bisa menghalangi. Seperti ada yang hobi dan "gila" batu akik dan bahagia dengan batu akiknya tak ada yang bisa menghalanginya.

Pada akhirnya kita tak bisa memaksa seseorang itu untuk minta maaf atas kekhilafan yang diperbuatnya. Maaf memang kata yang sederhana tapi berat untuk diucapkan, apalagi kalau kita memang sudah benci dengan seseorang jangankan minta maaf malah kita terus saja melancarkan kebencian itu sampai benar-benar puas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun