Tapi, lain halnya bila kita tilik dari perspektif in se (dalam diri) maupun sikap yang sering ditonjolkan oleh para petani. Meski dalam satu musim terjadi gagal panen, hal itu lantas tidak dijadikan kendala untuk bangkit/produktif agar musim panen berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.
Gerak cepat, keburu musim berganti. Ya, tersebab hidup itu terus bergerak, dan apabila tetap terkungkung dalam tempurang ruang cemas, ya tidak akan bisa merubah apa-apa, kawan.
2. Lebih fokus pada satu hal
Selain beraktivitas fisik, peran pikiran dalam bertani juga merupakan sesuatu yang lumrah.
Ya, semisal menyangkut prototype menanam, baik itu menyoal jenis tanaman yang akan ditanam, memilih pupuk yang cocok untuk penyuburan--pertumbuhan vegetasi tanaman dan lain sebagainya.
Jika kita mulai fokus, serius seraya memprioritaskan mengurusi usaha tani itu, saya pikir, niscaya pikiran kita akan terkomodifikasi ke hal-hal produktif dari hal yang nggak penting sama sekali.
3. Lebih menghargai kehidupan
Dari merawat tanaman, kita akan belajar bagaimana meghargai kehidupan. Selebihnya, kita bakal lebih menyanyangi diri sendiri dan menjadi pribadi yang hidup.
Masalah utama dari sulitnya move on itu, saya pikir, karena Anda lebih memikirkan orang lain dibandingkan diri sendiri. Lha, mosok kita terus berdarah-darah memikirkan pribadi lain yang notabene sudah tidak punya relasi intim lagi dengan kita?
Konyol, tentu saja. Jadi, lupakan saja dan persiapkan diri untuk hari esok yang lebih baik.
4. Menyehatkan jiwa dan raga