Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru, "Langu Tuak", dan Tipe Manusia Askenden

1 Januari 2020   17:45 Diperbarui: 1 Januari 2020   17:59 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swafoto bersama kawan-kawan di malam pergantian tahun| Dokumentasi pribadi

Lebih lanjut, Tuak sendiri punya manfaat yang baik pun buruk bagi setiap peminumnya. Tuak bisa mengatasi sengatan serangga seperti nyamuk, meredakan nyeri otot, pengobat lambung kronis hingga alternatif penghangat badan jika kita sedang kedinginan.

Pun sebaliknya bila dikonsumsi melebihi takaran dan dosis, jadinya kepala jadi linglung dan justru memabukan. Baiknya menenggak Tuak satu atau dua gelas setelah makan, bermanfaat untuk kesehatan dan kebugaran tubuh.

Terkhusus bagi teman-teman yang masih grogi dan malu-malu kucing untuk mendekati dan menembak gebetannya, diperlukan sedikit Tuak agar tampil garang dan gagah.

Kita kembali ke soal Langu Tuak. Kebahagiaan setiap orang menjelang akhir tahun seperti ini memang sulit ditaksir dan diukur. Terkhusus bagi kawula muda di tempat saya, hampa rasanya bila pada malam pergantian tahun tanpa terapi Tuak.

Terkadang pula karena saking larut dalam suasana happy, ditambah dentuman musik yang menggelegar, tak terasa 50 botol Tuak habis ditenggak berjemaah. Dan jika sudah mencapai puncaknya dan sudah tidak kuat lagi, pasti akan tepar dengan sendirinya.

Mabuk pada saat malam pergantian tahun seperti ini sudah dianggap wajar dan lumrah di tempat saya. Meskipun tidak semuanya peminum dan mengganggap tak seperlunya menyiksa diri dengan meminum terlalu banyak. Pendapat seperti ini wajar-wajar saja sebetulnya.


Manusia Tipe Askenden

Saya sendiri merupakan peminum Tuak. Tepatnya sekaliber peminum kelas ingusan (bukan alkoholik). Semalam saya juga sempat Langu (mabuk), tapi dibawa tidur saja karena sudah tidak sadarkan diri lagi.

Awalnya memang saya hanya berniat menemani teman-teman saya minum sambil karokean. Tapi prinsipnya bahwa, meminun Tuak harus sesuai dengan taksiran kemampuan. Tidak usah dipaksa. Kalau tidak kuat lagi lambaikan tangan kekamera. Hahaha.

Seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa, minum Tuak bagi masyarakat Manggarai merupakan bagian dari ekspresi jiwa dan simbol budaya patnerealistik yang kuat. Terlepas dari jumlah volume yang ditenggak. Di sini hanya diperlukan self control dan atau taksiran yang disesuaikan dengan kemampuan.

Menurut Nietzsche, masyarakat Manggarai bisa tergolong ke dalam tipe manusia Askenden (kuat). Kuat yang saya maksudkan di sini ialah berkaitan dengan budaya petnerealistik orang Manggarai yang hingga kini begitu radikal dan tertata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun